TEMPO Interaktif, Jakarta - Kriminolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala melihat penyerangan yang dilakukan terhadap aktivis Indonesia Corruption Watch Tama S. Langkun bukan penyerangan terhadap pribadi Tama. “Ini merupakan penyerangan simbolik. Yang diserang adalah ide dan aktivitas Tama,” katanya kepada Tempo, Selasa (13/7).
Menurut Adrianus, penyerang bermaksud memberikan pesan terhadap Tama dan organisasi tempat Tama bergabung. “Message-nya clear, kalau you tetap berbuat begitu maka kami begini,” ujarnya. Ia mengatakan penyerang ingin agar Tama dan organisasinya berhenti melakukan aktivitas yang dirasa mengganggu penyerang.
“Penyerangan ini merupakan teror, bukan bersifat final atau mematikan. Padahal jika penyerang mau, bisa dilakukan, namun tidak dilakukan,” kata Adrianus.
Hingga kini, Adrianus belum menganalisis individu atau kelompok mana yang menjadi otak penyerangan Tama. “Saya masih di luar negeri, belum dapat kontak-kontaknya,” ujarnya.
Kamis dini hari pekan lalu, Tama diserang empat orang tak dikenal di Jalan Duren Sawit Tiga, Jakarta Selatan. Saat itu ia bersama rekannya, Khaddafi, dalam perjalanan pulang menonton pertandingan Piala Dunia. Tama mengalami luka bacok dan memar serius di tubuhnya. Serangan terhadap Tama diduga terkait dengan laporannya ke Komisi Pemberantasan Korupsi soal rekening mencurigakan sejumlah perwira Polri.
PUTI NOVIYANDA
