TEMPO Interaktif, Jakarta - Sejumlah aktivis lembaga swadaya masyarakat di Jawa Tengah mengecam keras pembacokan terhadap aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW), Tama Satya Langkun.
"Kami menduga ini bagian dari serangan balik para koruptor dalam bentuk intimidasi terhadap aktivis antikorupsi," kata Sekretaris Komite Penyelidikan dan Pemberantasan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KP2KKN) Jawa Tengah, Eko Haryanto di Semarang, Kamis (8/7).
Selain KP2KKN, Lembaga Bantuan Hukum Semarang dan Pusat Telaah dan Informasi Regional (Pattiro) Semarang.
Para aktivis di Semarang menilai penganiayaan terhadap aktivis ICW ini dapat dikaitkan dengan rangkaian pelemparan bom molotov di Kantor Majalah Tempo beberapa hari yang lalu. Eko menyatakan memang ada niatan dari pihak tertentu yang anti kritik, untuk membungkam hak sipil untuk berpendapat. "Tentunya hal ini akan membahayakan demokrasi. Hati-hati serangan brutal koruptor!" kata Eko.
Eko menuntut Kapolri agar mengusut tuntas kasus penganiayaan ini karena merupakan bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Jika tidak, tambah Eko, maka peristiwa ini bisa dijadikan indikator bahwa Polri gagal dalam tugasnya mengamankan negeri ini. Selain itu, KP2KKN juga menuntut agar kasus dugaan rekening gendut Pati Polri harus tetap diproses oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
Insiden ini, kata Eko, para aktivis korupsi tidak akan takut dengan segala ancaman yang dilakukan oleh koruptor. "Justru peristiwa ini akan lebih membangikitkan perlawanan kami," kata Eko.
Selama ini, kata Eko, para koruptor memang gerah dengan upaya pemberantasan korupsi. Selain melakukan intimidasi, perlawanan lain dari para koruptor adalah dengan cara lain seperti mengajukan judicial review terhadap undang undang antikorupsi, pembuatan undang-undang yang melindungi koruptor bahkan merekayasa pengadilan agar dapat memperingan hukuman.
ROFIUDDIN
