Produk Batik Cina di Pasar Klewer Hanya Satu Persen

Reporter

Editor

Rabu, 26 Mei 2010 13:17 WIB

TEMPO Interaktif, Surakarta – Perdagangan bebas ASEAN dengan Cina ternyata tidak berpengaruh terhadap penjualan produk batik lokal di Pasar Klewer. Di pasar yang menjadi sentra penjualan batik di Surakarta tersebut, batik produksi lokal seperti dari Surakarta dan Pekalongan masih mendominasi.

“Batik dari Cina sangat sedikit. Mungkin hanya sekitar satu persen,” jelas Ketua Himpunan Pedagang Pasar Klewer Abdul Kadir kepada wartawan, Rabu (26/5).

Hal tersebut dikarenakan sistem perdagangan sudah terbentuk sejak lama. Yaitu pedagang sudah memiliki pelanggan tetap yang selama ini membeli batik lokal. Lagipula, lanjutnya, batik dari Cina sejatinya bukan batik karena dibuat dengan cara printing. “Kalau yang kami jual kan batik tulis, batik cap, dan kombinasi keduanya,” tuturnya.

Selain itu sudah ada kesepakatan tidak tertulis dari 2.800 pedagang di Pasar Klewer, untuk memprioritaskan batik lokal. “Memang tidak ada kesepakatan secara konkrit. Tapi nyatanya pedagang lebih sreg menjual batik lokal agar bisa tetap bertahan,” katanya.

Meski begitu, untuk jangka panjang dia mengkhawatirkan akan semakin banyak produk batik Cina yang masuk ke Pasar Klewer. Sebab saat ini harga produksi terus naik, sementara di sisi lain produk batik Cina terkenal dengan harga yang jauh lebih murah, meskipun kualitasnya di bawah produk batik lokal.

“Terus terang, kami khawatir. Apalagi saat ini harga bahan baku kain mori naik 10 persen, tarif listrik juga akan naik, ditambah semakin sulit mengakses kredit untuk pengembangan usaha,” jelasnya. Biar bagaimanapun, konsumen dikatakannya akan mencari produk yang jauh lebih murah.

“Jika ternyata nantinya yang lebih laku batik Cina, mau tidak mau kami mengikuti pasar. Yaitu menjual batik Cina,” tambah salah seorang pedagang, Zaenal Abidin.

Jika itu yang terjadi, di mana batik Cina membanjiri Pasar Klewer, dia meyakini dalam waktu tidak berapa lama produsen batik lokal akan tergilas. “Sebab sebagian besar yang berdagang di Klewer adalah produsen,” tuturnya.

Himpunan pedagang juga tidak mungkin menolak masuknya produk Cina, sebab hal itu berpulang kepada masing-masing pedagang. “Kami tidak bisa serta merta antibatik Cina,” ucap Abdul.

Karenanya, Abdul dan Zaenal meminta pemerintah meninjau kembali kesepakatan perdagangan bebas tersebut. Jikalau memang tidak bisa dibatalkan, mereka meminta diberi insentif agar mampu bersaing. Misalnya, akses perbankan dengan suku bunga yang ringan untuk pengembangan usaha, membantu promosi, dan sebagainya.

UKKY PRIMARTANTYO

Advertising
Advertising

Berita terkait

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

5 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

6 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

9 hari lalu

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.

Baca Selengkapnya

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

34 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.

Baca Selengkapnya

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

36 hari lalu

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

53 hari lalu

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.

Baca Selengkapnya

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

28 Februari 2024

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).

Baca Selengkapnya

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

17 Februari 2024

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.

Baca Selengkapnya

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

11 Februari 2024

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

NMAA kembali tampil dalam pameran modifikasi Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, pada 10-12 Februari 2024 dengan memajang Lancer Evo Batik.

Baca Selengkapnya

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

6 Februari 2024

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

Pengusaha batik Yogyakarta selamat dari pandemi berkat penjualan online. Omsetnya juga naik.

Baca Selengkapnya