TEMPO Interaktif, Gorontalo – BirdLife Indonesia atau Perkumpulan Burung Indonesia terus berupaya memulihkan hutan lindung Panua di Gorontalo dengan skema restorasi ekosistem.
M Muslich, staf senior Perkumpulan Burung Indonesia menjelaskan, untuk memulihkan hutan di Gorontalo dengan skema alternatif restorasi ekosistem, tak diperlukan kajian analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Meskipun izin restorasi ekosistem yang telah dikeluarkan dalam bentuk Hak Pengelolaan Hutan.
”Memang izin restorasi ekosistem dalam bentuk HPH. Tapi itu sebenarnya tidak memerlukan Amdal,” kata Muchlis, Rabu (26/5). Dia menjelaskan, dengan restorasi ekosistem maka tidak ada kegiatan penebangan pohon atau perusakan lainnya dalam hutan. Yang ada justru tujuan restorasi ekosistem adalah mengembalikan kembali kondisi hutan aslinya.
Henny Sembiring, Kepala Komunikasi dan Pengembangan Bisnis Burung Indonesia menambahkan, sudah ada dua daerah di Pulau Sumatera yang telah mendapatkan izin pengelolaan hutan dengan kegiatan restorasi ekosistem pertama di Indonesia. Kedua daerah itu adalah Sumatera Selatan dan Jambi.
”Pengelolaan restorasi ekosistem itu berdasarkan surat Keputusan Menteri Kehutanan tahun 2005. Total luasan yang di restorasi seluas 101,355 hektare di hutan produksi,” ungkap Henny.
Sementara itu, menurut Amsurya Warman, senior officer Program Wallacea Burung Indonesia, Gorontalo kini telah kehilangan 45,17 persen hutannya atau mengalami laju kerusakan hutan mencapai 1.689,2 hektare per tahun.
Hal itu dianggap sebagai salah satu kawasan yang paling tepat untuk menerapkan model pemanfaatan kawasan hutan produksi dalam bentuk restorasi ekosistem.
Menurutnya, hutan bisa dikatakan rusak, salah satu indikatornya dapat dilihat dari habitat burung di wilayah tersebut. ”Jika hutannya sudah rusak, maka burung tidak akan betah dihutan itu,” ungkap Amsurya.
Di Gorontalo sendiri, kata dia, dari data sementara memiliki 82 jenis burung yang tersebar di hutan Gorontalo, 32 di antaranya endemik dan sebagian besar terancam punah. ”Untuk memulihkan kembali ekosistem ini maka salah satu alternatif menyelamatkan hutan di sini yaitu dengan cara restorasi ekosistem,” tandas Amsurya.
CHRISTOPEL PAINO