TEMPO Interaktif, Jakarta: Menurut Menteri Komunikasi dan Informasi, Syamsul Muarif, beberapa stasiun televisi swasta tidak beritikad baik menyelesaikan utang mereka kepada Televisi Republik Indonesia. Menurut pengamatan kami, saat ini mereka sedang melakukan penjualan obligasi untuk menarik dana dari masyarakat. Sedangkan kewajibannya kepada TVRI mereka abaikan, kata Menteri Syamsul dalam rapat kerja dengan Komisi Komunikasi dan Informasi Dewan Pertimbangan Rakyat di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Kamis (4/9). Menurut Syamsul, pihak TVRI sama sekali tidak mengetahui alasan televisi swasta tidak membayar utang. Kelihatannya mereka memilih penyelesaian masalah ini melalui jalur hukum, katanya. Syamsul menambahkan, dari seluruh televisi swasta, hanya Surya Cipta Televisi yang telah mengirimkan surat pernyataan tertulis sanggup membayar. Sedangkan direktur utama PT Rajawali Citra Televisi Indonesia hanya secara lisan menyatakan kesanggupan membayar utang. Sementara itu, direksi TVRI sebenarnya telah mengundang semua televisi swasta, Mei 2003, untuk membicarakan masalah piutang ini. Pada pertemuan itu dapat disimpulkan bahwa televisi swasta tidak beritikad baik untuk melakukan penyelesaian, kecuali SCTV, tegasnya. Jumlah piutang pokok TVRI pada televisi swasta hampir mencapai Rp 250 miliar, masih ditambah denda Rp 327 miliar. RCTI punya utang pokok Rp 77 miliar plus denda menjadi Rp 86 miliar. SCTV utang pokoknya Rp 69 miliar ditambah denda menjadi Rp 104 miliar. TPI utang pokoknya Rp 7,7 miliar,total Rp 9,95 miliar. Indosiar utang pokoknya Rp 63,56 miliar dan totalnya Rp 72,89 miliar. Terakhir Andalas Televisi punya utang pokok mencapai Rp 31,76 miliar dan totalnya Rp 53,57 miliar. Di pihak lain, TVRI yang sudah menjadi persero, menderita kesulitan keuangan. Sehingga televisi milik pemerintah ini tidak dapat melakukan perbaikan infrastruktur. Biaya melangsungkan siaran juga terbatas. Ditambah utang TVRI ke pihak ketiga sebesar Rp 382 miliar. Yandi M Rofiandi-Tempo News Room