Ratusan Pekerja Pengolahan Kayu Terancam Menganggur  

Reporter

Editor

Minggu, 18 Januari 2009 11:34 WIB

TEMPO Interaktif, Palangkaraya: Sekitar 700 buruh di sembilan industri pengolahan kayu (bansaw) yang beroperasi di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, terancam mengganggur. Pasalnya hingga saat ini mereka kekurangan bahan baku akibat belum keluarnya keputusan pemerintah setempat mengenai kebutuhan kayu di Kota Palangkaraya pada tahun ini.

Sugianto, juru bicara kesembilan industri pengolahan kayu Palangkaraya, Minggu(18/1) kepada wartawan mengungkapkan, para pengusaha saat ini menunggu keputusan pemerintah daerah, dalam hal ini Wali Kota Palangkaraya.

“Sebab kami sama sekali tidak memiliki pegangan untuk bekerja, sementara kalau bekerja tanpa ada dasar, kan, sulit. Karena itu kami menunggu keputusan dan solusinya. Kami siap melaksanakannya,” ujar dia. Padahal industri kayu di Palangkaraya, menurut Sugianto, bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan kota dan bukan untuk dikirim ke luar negeri atau ekspor.

Kesembilan industri pengolahan kayu di Palangkaraya, kata dia, semuanya memunyai izin resmi dan bukan ilegal. Bahkan untuk 2009 mereka sudah mengantongi izin Rencana Pasokan Bahan Baku Industri (RPBI) yang merupakan syarat untuk industri bekerja selama setahun. "Jadi semua ketentuan yang diminta telah dipenuhi, tapi kenyataan kami tidak bisa bekerja,” tutur Sugainto, menegaskan.

Saat ini kesembilan industri terbut memperkejakan ratusan karyawan. Asumsinya satu industri terdapat 70 pekerja sampai 80 pekerja dengan kapasitas produksi kayu masak per hari mencapai 15 meter kubik. Sementara pendapatan rata-rata pekerja per orang sekitar Rp 250 ribu hingga Rp 500 ribu per minggu, tergantung jenis pekerjaannya. Rata-rata mereka sudah berkeluarga.

”Akibatnya saat ini hampir 700 buruh yang selama ini mencari nafkah di tempat kami terancam mengganggur,” ujar pemilik industri pengolahan kayu "Mandiri" ini.

Saat ini harga kayu masak di sejumlah pangkalan kayu di Palangkaraya mengalami kenaikan seiring kelangkaan bahan baku. Untuk kayu hutan jenis meranti campur (MC) harganya mencapai Rp 1,2 juta per meter kubik dan untuk kayu jenis meranti mencapai Rp 2,5 juta per meter kubik.

KARANA W.

Berita terkait

Dampak Perang Gaza, Angka Pengangguran di Palestina di Atas 50 Persen

39 hari lalu

Dampak Perang Gaza, Angka Pengangguran di Palestina di Atas 50 Persen

ILO memperkirakan jika perang Gaza masih berlanjut sampai akhir Maret 2024, maka angka pengangguran bisa tembus 57 persen.

Baca Selengkapnya

2 Ribu Siswa SMA Program Double Track di Jawa Timur Dapat Pelatihan Digital

58 hari lalu

2 Ribu Siswa SMA Program Double Track di Jawa Timur Dapat Pelatihan Digital

Ribuan peserta itu terdiri dari siswa asal 52 SMAN maupun SMA swasta, serta remaja dari 10 lembaga non formal di Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Rupiah Pekan Ini Berpotensi Menguat, Apa Pemicunya?

26 Februari 2024

Rupiah Pekan Ini Berpotensi Menguat, Apa Pemicunya?

Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengatakan rupiah bisa bergerak ke arah Rp 15.500 per dolar AS pada pekan ini.

Baca Selengkapnya

Philadelphia Jadi Kota 'Zombie', Apa Penyebabnya?

24 Februari 2024

Philadelphia Jadi Kota 'Zombie', Apa Penyebabnya?

Wilayah Philadelphia di Amerika Serikat kini heboh karena disebut Kota 'Zombie', Kenapa?

Baca Selengkapnya

Generasi Muda di Cina Kini Lebih Senang Rebahan, Ogah Kerja Keras

15 Februari 2024

Generasi Muda di Cina Kini Lebih Senang Rebahan, Ogah Kerja Keras

Di tengah melemahnya perekonomian Cina, generasi muda di sana lebih senang rebahan dibandingkan bekerja keras.

Baca Selengkapnya

Pengungsi Ukraina di Jerman Belum Terserap Sektor Tenaga Kerja

7 Februari 2024

Pengungsi Ukraina di Jerman Belum Terserap Sektor Tenaga Kerja

Hanya 25,2 persen pengungsi Ukraina di Jerman yang saat ini berstatus bekerja. Angka itu cukup kecil jika dibanding negara Eropa lainnya.

Baca Selengkapnya

Somalia, Negara Paling Korup di Dunia Versi Transparency International

1 Februari 2024

Somalia, Negara Paling Korup di Dunia Versi Transparency International

Transparency International telah merilis hasil Indeks Persepsi Korupsi. Berikut profil Somalia, negara paling korup di dunia.

Baca Selengkapnya

Anies Janji Evaluasi UU Cipta Kerja, Bandingkan Tingkat Pengangguran Era Jokowi Vs SBY

29 Januari 2024

Anies Janji Evaluasi UU Cipta Kerja, Bandingkan Tingkat Pengangguran Era Jokowi Vs SBY

Calon Presiden nomor urut satu Anies Baswedan berjanji bakal mengkaji ulang UU Ciptaker yang tidak memberikan rasa keadilan untuk pekerja kerah biru.

Baca Selengkapnya

Cak Imin: Kesejahteraan Bukan untuk Segelintir Elite, Bukan untuk yang Ingin Berkuasa Terus-menerus

24 Januari 2024

Cak Imin: Kesejahteraan Bukan untuk Segelintir Elite, Bukan untuk yang Ingin Berkuasa Terus-menerus

Cawapres Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menegaskan pemerataan pembangunan menjadi salah satu prioritas program jika AMIN terpilih pada Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Sebut Investasi di Batam Padat Modal: Akibatnya Banyak Pengangguran

20 Januari 2024

Anies Baswedan Sebut Investasi di Batam Padat Modal: Akibatnya Banyak Pengangguran

Anies Baswedan menyebut karakter investasi di Batam yang padat modal menyebabkan banyak pengangguran karena tenaga kerja tidak terserap.

Baca Selengkapnya