TEMPO Interaktif, Palembang:Kriris global mulai menjalar ke sektor peternakan unggas. Saat ini produksi peternakan ayam di Sumatera Selatan sekitar 100 ribu ton per hari, hanya 50 persennya saja yang terserap pasar. Diperkirakan, separuh dari 1000 peternak yang tergabung dalam Asosiasi Masyarakat Peternak Sumatra Selatan (AMPERA) akan bangkrut jika belum ada jalan keluar dari masalah ini hingga awal 2009.
Ketua AMPERA Ismaidi mengatakan, saat ini ongkos produksi sudah lebih mahal dari harga jual. Harga ayam dan telur dipatok Rp 9 ribu, sedangkan harga produksi mencapai Rp 12 ribu per ekor. “Kami juga memenuhi kebutuhan daging untuk petani sawit dan karet. Tapi karena kondisi global harga karet dan sawit murah, sehingga petani tidak lagi membeli daging,” ujar Ismaidi hari ini.
Situasi ini menjadi makin parah menjelang lebaran haji. Produksi peternakan unggas tidak akan terserap banyak sebab orang memilih memakan daging kurban. ”Ada teman yang punya stok telur sampai 5-6 hari belum laku juga. Ini berbahaya," kata Ismaidi.
Dia berharap dewan dan pemerintah daerah tanggap mencari solusi dalam persoalan yang menimpa peternak. Dia mengusulkan agar pemerintah berkampanye makan daging ayam. Selain karena krisis, konsumsi masyarakat Sumatera Selatan akan daging ayam relatif masih rendah yakni sekitar 48 kilogram per tahun per orang.
Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif
10 hari lalu
Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Shinta Kamdani menilai melemahnya nilai tukar rupiah berdampak pada penurunan confidence ekspansi usaha di sektor manufaktur nasional.