TEMPO Interaktif, Kediri:Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, KH Maksum Djauhari, menerima pengangkatan dirinya sebagai anggota Dewan Syuro PKB ‘Kuningan’ pimpinan Gus Dur-Alwi Shihab. Tapi, ia juga tidak melepas posisi di Dewan Syuro PKB 'Batu Tulis' pimpinan Matori Abdul Djalil. Keduanya ia terima. Kiai berambut panjang yang akrab dipanggil Gus Maksum itu merasa posisinya di dua organisasi yang berseteru itu bukan merupakan masalah pelik. “Jabatan itu tak penting. Tapi, saya bisa menerima kepercayaan yang diberikan, baik oleh PKB pimpinan Pak Alwi maupun Pak Matori. Tidak masalah. Karena saya menginginkan kedua PKB itu islah," katanya kepada Tempo News Room, Minggu (20/1) petang. Dalam pengumuman kepengurusan pusat PKB ‘Kuningan’ tadi siang di Yogyakarta, Ketua Dewan Syuro KH Abdurrahman Wahid telah memilih Gus Maksum duduk di Dewan Syuro sebagai salah satu anggota. Padahal, dalam formasi kepengurusan DPP PKB ‘Batu Tulis’ pimpinan Matori Abdul Djalil, Gus Maksum duduk sebagai Wakil Ketua Dewan Syuro. Gus Maksum berpendapat, munculnya dua PKB justru membuka peluang islah. Pasalnya, keduanya anak kandung NU. Ia yakin kedua kubu tak mungkin melakukan tindakan yang merugikan umat nahdliyin. "Percayalah, nanti semua ketemu. Setelah masing-masing mengadakan Muktamar Luar Biasa, pasti akan dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan lanjutan. Dan semangat islah itu merupakan titik penentu petemuan lanjutan nanti," katanya yakin. Lebih jauh guru besar pencak silat Pagar Nusa –yang bernaung di bawah NU— mengatakan, menghadapi Pemilu 2004, PKB tidak boleh terbelah dua. Apa pun yang terjadi harus tetap satu. Menurutnya, jika ada dua kubu PKB, niscaya umat NU akan terpecah belah. "Kalau dua PKB kan repot. Karena itu saya menginginkan islah," kata Gus Maksum. (Dwidjo Utomo Maksum)