TEMPO Interaktif, Bandung:Wakil Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda Djauhari Oratmangun menyampaikan undangan agar Jawa Barat mengisi Tong Tong Fair 2009 di Belanda. “Tiga tahun terakhir, promosi Jawa Barat di Belanda luar biasa dan mendapat resopn positif dari Belanda baik dari pemerintahnya dan masyarakatnya,” katanya di Bandung, Rabu (15/10).
Djauhari mengatakan, Tong Tong Fair yang digelar Juni tahun ini menggunakan ikon penari asal Jawa Barat. Penari itu dimuat dalam poster promosi kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh komunitas orang Indonesia di Belanda. Keikutsertaan Jawa Barat di ajang promosi pariwiasta, perdagangan, dan investasi yang telah memasuki usia ke-51 itu dimulai sejak 2005 lalu.
Stand Jawa Barat sendiri dikunjungi secara khusus oleh Ratu Belanda. “Dan di Tong Tong Festival, Ratu Beatrix datang ke paviliun Indonesia karena ada stan Jawa Barat di sana,” kata Djauhari.
Even yang berlangsung 10 hari tahun ini dikunjungi lebih dari 150 ribu orang tahun ini. Total transaksi di Paviliun Indonesia yang dikoordinir KBRI Belanda yang diikuti oleh
18 UKM dari seluruh Indoesia mencapai 500 ribu Euro.
Djauhari mengatakan, hasil promosi wisata Jawa Barat di Belanda menurutnya efektif. Pasalnya, dari 100 ribu-an wisatawan asal Eropa, 60 persennya itu khusus datang ke Jawa Barat dan trennya terus meningkat. “Mereka semua berasal dari Belanda,” katanya.
Selain mengundang untuk ikut serta di even itu, Jawa Barat juga diminta untuk mengisi Vacancy Beurs, yakni even promosi wisata tahunan di Belanda. Dia mengatakan, hanya sejumlah provinsi yang menerima undangan itu. Selain Jawa Barat, paparnya, undangan itu diberikan pada Jawa Tengah, Jogjakarta, Sumatera Utara, serta sejumlah provinsi di Indoensia Timur.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, untuk even itu pihaknya selain menyiapkan sejumlah kesenian khas Jawa Barat, juga akan memamerkan produk hadicraft. "Kami akan memperkenalkan Jawa Barat, khususnya Bandung sebagai kota yang sudah mendeklarasikan dirinya sebagai kota industri kreatif,” katanya.
Menurutnya, industri kreatif itu memungkinkan untuk bisa bersaing. Dia mencontohkan, jika menjual kain malah seringkali kalah murah dengan negara Cina. “Kalau hanya an-sich kain saja, kita kalah dengan industri kain dari pihak lain, ketika sudah bersentuhan dengan art, menjadi nilai tambah dan dijual lebih mahal,” katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Jawa Barat I Budhyana mengatakan, Tong Tong Fair baru diakui secara formal oleh Kerajaan Belanda sebagai even tahunan komunitas Indonesia di negara itu pada 2007. Penyebabnya, paparnya, setelah Belanda “mengakui” kemerdekaan Indonesia sejak 2005 lalu dengan hadirnya Perdana Menteri negara itu pada perayaan hari Kemerdekaan Indonesia.
Baru pada penyelenggaraan Tong Tong Fair 2007, Walikota Den Hag membuka acara tahunan yang diselenggarakan komunitas orang Indonesia di Belanda. Sebelumnya, tuturnya, selama tiga tahun, sejak 2005 menghadirinya, kegiatan itu hanya dibuka oleh panitia penyelenggaranya.
Dia menuturkan, even itu awalnya digagas oleh komunitas masyarat Indonesia di Belanda, dan umumnya yang tersebar di Eropa menjadi ajang kangenan. Ternyata yang tertarik tidak hanya komunitas Indonesia setempat tapi juga warga Belanda. Umumnya, lanjutnya, mereka mengincar kuliner khas Indonesia. Even itu kini juga diisi oleh negara-negara lainnya seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia. Stand Malaysia, papar Budhyana setiap tahun selalu bertambah jumlahnya.
Jawa Barat, paparnya, mengikuti even itu untuk berpromosi dan melakukan kontak bisnis dengan pelaku pariwisata di negara itu. Dia mengatakan, rata-rata wisatawan asal Belanda yang berkunjung ke Jawa Barat lama tinggalnya lebih dari 10 hari. Tidak hanya itu, paparnya, rata-rata setiap orang menghabiskan 100 US Dollar seharinya.
Ahmad Fikri
Djauhari mengatakan, Tong Tong Fair yang digelar Juni tahun ini menggunakan ikon penari asal Jawa Barat. Penari itu dimuat dalam poster promosi kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh komunitas orang Indonesia di Belanda. Keikutsertaan Jawa Barat di ajang promosi pariwiasta, perdagangan, dan investasi yang telah memasuki usia ke-51 itu dimulai sejak 2005 lalu.
Stand Jawa Barat sendiri dikunjungi secara khusus oleh Ratu Belanda. “Dan di Tong Tong Festival, Ratu Beatrix datang ke paviliun Indonesia karena ada stan Jawa Barat di sana,” kata Djauhari.
Even yang berlangsung 10 hari tahun ini dikunjungi lebih dari 150 ribu orang tahun ini. Total transaksi di Paviliun Indonesia yang dikoordinir KBRI Belanda yang diikuti oleh
18 UKM dari seluruh Indoesia mencapai 500 ribu Euro.
Djauhari mengatakan, hasil promosi wisata Jawa Barat di Belanda menurutnya efektif. Pasalnya, dari 100 ribu-an wisatawan asal Eropa, 60 persennya itu khusus datang ke Jawa Barat dan trennya terus meningkat. “Mereka semua berasal dari Belanda,” katanya.
Selain mengundang untuk ikut serta di even itu, Jawa Barat juga diminta untuk mengisi Vacancy Beurs, yakni even promosi wisata tahunan di Belanda. Dia mengatakan, hanya sejumlah provinsi yang menerima undangan itu. Selain Jawa Barat, paparnya, undangan itu diberikan pada Jawa Tengah, Jogjakarta, Sumatera Utara, serta sejumlah provinsi di Indoensia Timur.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, untuk even itu pihaknya selain menyiapkan sejumlah kesenian khas Jawa Barat, juga akan memamerkan produk hadicraft. "Kami akan memperkenalkan Jawa Barat, khususnya Bandung sebagai kota yang sudah mendeklarasikan dirinya sebagai kota industri kreatif,” katanya.
Menurutnya, industri kreatif itu memungkinkan untuk bisa bersaing. Dia mencontohkan, jika menjual kain malah seringkali kalah murah dengan negara Cina. “Kalau hanya an-sich kain saja, kita kalah dengan industri kain dari pihak lain, ketika sudah bersentuhan dengan art, menjadi nilai tambah dan dijual lebih mahal,” katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Jawa Barat I Budhyana mengatakan, Tong Tong Fair baru diakui secara formal oleh Kerajaan Belanda sebagai even tahunan komunitas Indonesia di negara itu pada 2007. Penyebabnya, paparnya, setelah Belanda “mengakui” kemerdekaan Indonesia sejak 2005 lalu dengan hadirnya Perdana Menteri negara itu pada perayaan hari Kemerdekaan Indonesia.
Baru pada penyelenggaraan Tong Tong Fair 2007, Walikota Den Hag membuka acara tahunan yang diselenggarakan komunitas orang Indonesia di Belanda. Sebelumnya, tuturnya, selama tiga tahun, sejak 2005 menghadirinya, kegiatan itu hanya dibuka oleh panitia penyelenggaranya.
Dia menuturkan, even itu awalnya digagas oleh komunitas masyarat Indonesia di Belanda, dan umumnya yang tersebar di Eropa menjadi ajang kangenan. Ternyata yang tertarik tidak hanya komunitas Indonesia setempat tapi juga warga Belanda. Umumnya, lanjutnya, mereka mengincar kuliner khas Indonesia. Even itu kini juga diisi oleh negara-negara lainnya seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia. Stand Malaysia, papar Budhyana setiap tahun selalu bertambah jumlahnya.
Jawa Barat, paparnya, mengikuti even itu untuk berpromosi dan melakukan kontak bisnis dengan pelaku pariwisata di negara itu. Dia mengatakan, rata-rata wisatawan asal Belanda yang berkunjung ke Jawa Barat lama tinggalnya lebih dari 10 hari. Tidak hanya itu, paparnya, rata-rata setiap orang menghabiskan 100 US Dollar seharinya.
Ahmad Fikri
