TEMPO Interaktif, Jakarta: Kasus varietas padi supertoy HL-2 dinilai membuktikan bahwa riset pertanian di negara kita masih 'letoy'. "Riset kita memang masih lemah," kata Deputi Menteri Kordinator Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan Bayu Krisnamurti di temui dikantornya, Selasa (09/09).
Menurut Bayu, yang juga pakar pertanian IPB, kasus tersebut harus menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk meningkatkan program riset. "Kita ambil positifnya, semangatnya perlu kita apresiasi dan idenya harus disambut," ucapnya.
Bayu menyatakan pelepasan varietas benih memang harus dilakukan dengan hati-hati karena harus dibuktikan terlebih dahulu kenyataannya."Makanya prosedur untuk pelepasan benih sangat ketat dan terkesan lama," tuturnya.
Semua prosedur ilmiahnya, menurutnya, harus dijalankan sebelum varietas dilepas ke publik untuk melindungi pengguna. "Peraturan perundangannya ada dan harus melalui izin menteri pertanian," ucap dia.
Kasus supertoy meledak ketika varietas 'padi istana' yang ditanam para petani di Desa Grabag, Purworejo, Jawa Tengah, ternyata gagal total. Varietas padi super yang dijanjikan bisa menghasilkan panen tiga kali dalam setahun dengan produksi sekitar sepuluh ton per hektar ternyata 'letoy'.
Gunanto ES
Menurut Bayu, yang juga pakar pertanian IPB, kasus tersebut harus menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk meningkatkan program riset. "Kita ambil positifnya, semangatnya perlu kita apresiasi dan idenya harus disambut," ucapnya.
Bayu menyatakan pelepasan varietas benih memang harus dilakukan dengan hati-hati karena harus dibuktikan terlebih dahulu kenyataannya."Makanya prosedur untuk pelepasan benih sangat ketat dan terkesan lama," tuturnya.
Semua prosedur ilmiahnya, menurutnya, harus dijalankan sebelum varietas dilepas ke publik untuk melindungi pengguna. "Peraturan perundangannya ada dan harus melalui izin menteri pertanian," ucap dia.
Kasus supertoy meledak ketika varietas 'padi istana' yang ditanam para petani di Desa Grabag, Purworejo, Jawa Tengah, ternyata gagal total. Varietas padi super yang dijanjikan bisa menghasilkan panen tiga kali dalam setahun dengan produksi sekitar sepuluh ton per hektar ternyata 'letoy'.
Gunanto ES
