TEMPO Interaktif, Mataram: Provinsi Nusa Tenggara Barat mampu menghasilkan lebih 1,6 juta ton gabah kering giling (GKG) meskipun 5.000 hektar tanaman padi mengalami puso akibat kekeringan. Jumlah tersebut sesuai permintaan Departemen Pertanian yang menuntut NTB bisa menambah produksi padinya hingga 40.000 ton beras. Pada Tahun 2006 NTB menghasilkan 1.544.000 ton GKG dan pada tahun 2007 diharapkan bisa menghasilkan 1.622.000 ton. Kepastian produksi gabah NTB tersebut disebabkan bulan September 2007 lalu ada tambahan tanaman padi seluas 32.000 hektar. Apabila rata-ratanya menghasilkan 4,5 ton per hektar maka terdapat tambahan 148.000 ton GKG. Kepastian produksi NTB yang selama ini merupakan salah satu daerah penyedia persediaan pangan nasional, disampaikan Kepala Dinas Pertanian NTB Masyhur kepada wartawan di sela Hari Pangan Se Dunia 2007 yang berlangsung di Monumen Bumi Gora, Sabtu (24/11). "Sudah tidak diragukan lagi, NTB bisa tetap sebagai penyumbang stock pangan nasional," kata Masyhur. Semula, tahun 2007 ini, dari luas panen 285.356 hektar produktivitasnya sesuai angka ramalan III diperkirakan hanya mencapai 1.386.019 ton GKG. Dibandingkan 2006, terjadi penurunan sebesar 38.648 ton gkg atau 2,71 persen. Padahal, sesuai permintaan Departemen Pertanian, NTB diminta menyiapkan produksi padi 1,615 juta ton GKG. Petani di Lombok antusias menanam padi karena harga gabah cukup tinggi. Lebih dari harga pedoman pemerintah sebesar Rp 2.000 perkilonya. Misalnya di Lombok Tengah yang semula target luas tanam padinya hanya 10.000 hektar ternyata terdapat 17.000 hektar dan yang mengalami puso akibat kekeringan seluas 2.000 hektar."Itu yang mendorong petani meskipun ada resikonya," ujarnya.Supriyantho Khafid