TEMPO Interaktif, Kendari: Bentrokan fisik antara ratusan pengunjuk rasa dengan polisi pamong terjadi di depan kantor Bupati Kolaka, Selasa (20/11). Massa marah karena keinginan mereka untuk bertemu Bupati Kolaka Buhari Matta dihalangi petugas. Pasukan anti huru hara dari kepolisian setempat berusaha mengatasi situasi dengan menembakkan gas air mata. Massa akhirnya berlarian namun lemparan batu tetap tak berhenti. Dua pengunjuk rasa sempat ditangkap, namun akhirnya dilepas setelah kondisi sudah tenang. Kedatangan pengunjuk untuk memprotes kebijakan bupati yang mengeluarkan Kuasa Pertambangan (KP) kepada 10 perusahaan di Kolaka. Mereka menuntut bupati membatakan keputusan karena dinialai hanya memberi keuntungan kepada investor tapi berdampak buruk kepada masyarakat. Asisten I Setkab Kolaka, Andi Ahmad yang sempat menemui massa mengatakan, kebijakan bupati itu justru untuk melindungi lingkungan Kolaka. Karena itu dia mengeluarkan ijin sesuai mekanisme yang berlaku. Jawaban Andi Mahmud tetap tidak memuaskan pengunjuk rasa. Mereka memiliki bukti kalau bupati lebih memihak kepentingan pemilik modal dari pada lingkungan. Salah satunya adalah SK Menhut No: S.510/MEN-HUT-VII/2007 tentang penolakan terhadap permohonan Bupati Kolaka untuk penggunaan kawasan hutan konservasi demi kepentingan pertambangan. Hingga pukul 14.00 Wita, massa masih bertahan di kantor bupati. Mereka bertekad menduduki kantor itu sampai bupati menemui massa pendemo. Sehari sebelumnya, aksi di depan kantor bupati juga bentrok dengan Polisi pamong praja. (Dedy Kurniawan)