TEMPO Interaktif, Kediri:Kerepotan benar-benar mendera warga Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, yang merupakan desa paling dekat dengan kawah Gunung Kelud. Setelah semua kaum perempuan, anak-anak dan orang berusia lanjut usia dievakuasi paksa, sementara sebagian besar pemuda dan kepala rumah tangga melakukan Pam Swakarsa di kampung yang dikosongkan, kini mereka dihadapkan pada persoalan baru terkait keberadaan ternak-ternak mereka."Kami terpaksa 'menculik' istri-istri kami dari loksi pengungsian untuk memerah susu sapi perah peliharaan kami. Karena lazimnya di desa ini yang memeras susu sapi perah adalah kaum perempuan. Jika tidak diperah oleh orang yang dikenal, sapi-sapi itu tidak mau mengelarkan susu dan melenguh kesakitan," kata Suyoto, salah seorang warga Desa Sugihwaras, Sabtu (20/10) dini hari usai mengantarkan tetangganya menjemput istrinya di lokasi pengungsian di Desa Tawang, Kecamatan Wates.Dari pantauan Tempo, di kandang-kandang ternak para warga, suara lenguhan sapi bersahut-sahutan muncul dari semua kandang sapi perah. Menurut Suyoto, lenguhan itu merupakan ekspresi kesakitan karena sudah waktunya sapi diperah. Sapi-sapi itu tidak akan berhenti melenguh jika susunya tidak segera diperah."Persoalannya, jika kami (bapak-bapak) yang memerah, mereka tambah kesakitan dan tidak mau mengeluarkan susu. Hal ini jugalah yang mendasari kenapa kami nekat bertahan bersama keluarga di rumah kami. Karena sudah ada pembagian tugas dalam pemeliharaan ternak," kata Suyoto.Mayoritas warga Desa Sugihwaras selain bekerja sebagai petani pengelola tanah tegalan milik Perhutani, juga memelihara sapi perah. Tiap warga rata-rata memiliki sekitar 5 hingga 15 ekor sapi perah. Sejak dulu, pembagian tugas pemeliharaan sapi sudah terbentuk di tiap keluarga pemilik sapi perah. Kaum laki-laki bertugas mencari pakan ternak, sedangkan kaum perempuan bertugas memerah susu."Beternak sapi perah ini menjadi pekerjaan utama karena hasilnya bisa kami nikmati setiap hari dari berjualan susu. Kalau bertumpu pada hasil pertanian jelas tidak mencukupi karena tanaman utama kami adalah buah nanas yang panennya hanya dua tahun sekali," kata Suyoto.Proses pemerahan susu berlangsung dua kali sehari, yaitu tiap pukul 03.00 WIB dini hari dan pukul 15.00 WIB sore. Dari dua kali pemerahan, tiap ekor sapi menghasilkan sekitar 10-15 liter susu dengan harga jual Rp 2.400 per liter."Uang hasil menjual susu itulah yang kami pergunakan untuk biaya hidup sehari-hari. Jika kaum perempuan dipaksa tinggal di pengungsian, tentu saja membuat kami semua kerepotan," kata Suyoto.DWIDJO U. MAKSUM