TEMPO Interaktif, Sidoarjo: Data luas tanah dan bangunan hasil penelitian tim dari Institut Sepuluh November (ITS) Surabaya ternyata banyak yang tidak akurat. Padahal data ini menjadi patokan utama pembayaran ganti rugi lahan milik korban Lapindo yang tidak memiliki sertifikat. “Sekitar 75 persen data ITS tidak cocok dan selisihnya banyak,” kata Imron Rosadi, Koordinator Warga Desa Kedungbendo di Sidoarjo pada Selasa (3/7).Salah satu data penelitin ITS yang tidak akurat adalah data tanah milik Sukadir, warga RT 3/RW 1 Desa Kedungbendo yang disebutkan hanya 175 meter persegi. Tapi, luas bangunan yang tertulis di data tersebut mencapai 900 meter persegi. Lahan milik Nirwan warga RT 4/RW 3 Desa Kedungbendo yang tertulis 6.023 meter persegi. Setelah dicocokkan oleh perangkat desa luas sesungguhnya hanya 623 meter. Sedangkan rumah Samsul Anam di RT 3/RW 1 disebutkan sebagai rumah dinas. Padahal rumah itu milik pribadi. Jika hunian itu disebut rumah dinas, Samsul tidak mendapat ganti rugi. Meski sebagian warga merasa diuntungkan, mereka tidak serta merta menyetujui data yang diberikan oleh Tim ITS. “Warga masih jujur dan tidak mau menerima di luar haknya,” kata Imron.Data yang tidak akurat juga terjadi di Desa Siring, Renokenongo, dan Jatirejo serta Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera (Perumtas). Sekitar 50 persen data bangunan di Perumtas tidak cocok. Tim ITS berpatokan pada bangunan pokok. “Padahal rumah kami sudah direnovasi,” kata Kus Sulaksono, Koordinator Warga Perumtas. Staf Deputi Sosial Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo Sahrul Arifin mengakui banyak data hasil penelitian Tim ITS tidak akurat. Dia minta warga tidak khawatir karena tim verifikasi memutuskan menggunakan bantuan peta citra satelit guna mengetahui luas lahan dan bangunan warga. Selain itu, klaim dari warga tetap menjadi pertimbangan. Menurut Sahrul Arifin, penelitian Tim ITS berpatokan pada pondasi rumah saja. Padalah warga mengukur lahannya mulai dari pagar rumah sampai ke bangunan. Tentang perbedaan luas lahan yang menggelembung sekali, Sahrul menduga hanya salah ketik. “Kalau selisihnya sedikit ya diikhlaskan saja,” katanya. rohman taufik