TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan muslim di Indonesia membutuhkan kemajuan bersama, persatuan yang kuat, dan kesejahteraan. Hal ini bisa dicapai bila para sarjananya memiliki semangat tinggi untuk berinovasi dan mau berusaha.
Muslim di Indonesia, kata Kalla, saat ini sedang dalam dilema. Populasinya yang besar tidak sejalan dengan tingkat kemakmurannya. Bila dibandingkan dengan negara lain yang memiliki penduduk muslim lebih sedikit, Indonesia selalu kalah kesejahteraan rakyatnya.
Baca juga: Jusuf Kalla: Ikuti Sunnah Nabi Bukan Cuma Nikah, tapi Dagang Juga
"Kalau ada 100 orang miskin, 90 persennya umat (Islam) dan sebaliknya kalau ada 100 orang kaya umatnya hanya 10 persen," kata Kalla saat memberi sambutan dalam acara wisuda ke-17 Universitas Al-Azhar Indonesia di gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta, Sabtu, 5 Agustus 2017.
Menurut Kalla, hal ini bisa diatasi oleh semangat, pendidikan, inovasi, dan nilai tambah yang dimiliki masing-masing pihak. "Tanpa itu semua kita hanya bisa berdoa. Dan tentu tidak cukup untuk kemajuan suatu bangsa," ujarnya.
Kalla berharap para sarjana di Indonesia tidak lagi bercita-cita menjadi pegawai negeri sipil. Ia menyarankan agar menjadi pengusaha atau profesional.
Ia menilai saat ini dunia Islam seolah selalu membanggakan kemajuannya di masa lalu yang melahirkan banyak ilmuwan. Padahal meski sejarah penting, tapi masa depanlah yang akan dimiliki oleh masyarakat saat ini. "Jangan cuma memuji terus. Jangan puas dan pulas sehingga tidak berbuat apa-apa," tutur Jusuf Kalla.
AHMAD FAIZ