TEMPO.CO, Bandung - Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api, Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gede Suantika, mengatakan lonjakan intensitas letusan Gunung Sinabung yang terjadi sejak 2 Agustus 2017 cenderung menurun. “Aktivitas gempa hibrid dan gempa low-level masih terjadi, menunjukkan masih ada suplai (magma) tapi dalam laju yang kecil,” kata Gede saat dihubungi Tempo, Jumat, 4 Agustus 2017.
Gede mengatakan intensitas letusan Gunung Sinabung juga mulai menurun. Hari ini, Jumat, 4 Agustus 2017, hingga pukul 12.00, hanya terjadi dua kali letusan dan dua kali awan panas guguran. Tinggi kolom abu letusan tidak terpantau karena tertutup kabut. Sedangkan awan panas guguran yang terjadi mengarah ke timur-tenggara mencapai 3 kilometer hingga 4,5 kilometer.
Baca juga: Kondisi Ribuan Warga di 10 Desa Terdampak Erupsi Gunung Sinabung
Menurut Gede, kubah lava yang terbentuk di kawah Gunung Sinabung, yang asalnya memiliki volume 2,3 juta meter kubik, tersisa sepersepuluhnya. Kubah lava itu runtuh menjadi luncuran awan panas guguran yang mengarah ke timur-tenggara.
Sejak intensitas gunung tersebut melonjak pada 2 Agustus 2017, sedikitnya sudah terjadi 20 kali awan panas guguran yang dihasilkan dari runtuhan kubah lava itu. “Volume kubah lava terakhir 2,3 juta meter kubik, diperkirakan tinggal sepersepuluhnya sisa kubah lava,” kata Gede.
Gede mengatakan pembentukan kubah lava hasil dari penumpukan magma di kawah Gunung Sinabung itu membutuhkan waktu berbulan-bulan. Kubah lava yang terkumpul sebelumnya sempat runtuh saat rangkaian letusan gunung itu pada April 2017.
“Lima bulan baru muncul lagi sekarang. Tren supply rate-nya sekarang rendah sekali. Pertumbuhannya lambat dibanding saat awal-awal,” kata Gede mengenai aktivitas Gunung Sinabung.
AHMAD FIKRI