TEMPO.CO, Palembang - Crane pada proyek light rail transit (LRT) di simpang Jakabaring, Palembang, terjungkit saat tengah mengangkat gerder. Akibat kecelakaan tersebut, tujuh orang mengalami luka-luka dan beberapa rumah, kios, dan toko mengalami kerusakan.
Kepala Kepolisian Resor Kota Palembang Komisaris Besar Wahyu Bintono Hari Bawono mengatakan polisi belum dapat menyimpulkan musabab robohnya alat berat tersebut. "Belum dapat disimpulkan karena masih melakukan olah TKP (tempat kejadian perkara)," katanya, Selasa, 1 Agustus 2017.
Baca: Kelebihan Beban, Crane Jatuh Timpa Dua Mobil Warga
Menurut Wahyu, polisi telah meminta keterangan dari sejumlah saksi dan korban, termasuk operator crane di lapangan yang sedang bertugas pada saat kejadian.
Penyidik, kata dia, bisa saja menghentikan kasus ini atau justru melanjutkan bila ada unsur kelalaian dari pekerja yang berdinas pada Selasa dinihari, sekitar pukul 02.30.
Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin meminta Pemerintah Kota Palembang mengosongkan area sekitar proyek. Pasalnya, musibah serupa bisa saja terulang jika tetap membangun tempat usaha pada radius yang tidak aman.
Simak: Hingga Kini Korban Crane Masjidil Haram Belum Dapat Santunan
Saat meninjau lokasi, Alex sempat memperhatikan landasan crane yang amblas meskipun sudah dilapisi besi baja. "Meskipun sudah dialasi pelat baja, masih saja amblas. Makanya harus steril dulu," katanya.
Dari informasi yang berhasil dihimpun di lapangan, disebutkan crane tersebut terjungkal dari tapakannya saat mengangkat gerder atau kotak besi yang berfungsi sebagai landasan rel LRT.
Lihat: Kemenlu Bantah Menahan Uang Kompensasi Korban Crane
Ketika gerder sudah di atas, crane dengan daya angkat hingga 70 ton itu amblas pada bagian pijakan roda besinya. Akibatnya, crane lain serta gerder dengan berat puluhan ton itu menimpa tempat usaha warga setempat.
PARLIZA HENDRAWAN