TEMPO.CO, Bandung - Zona Megathrust Sumatera kembali bergerak, mengguncang wilayah barat Bengkulu dan Pulau Enggano dengan gempa tektonik bermagnitudo 5,3. Gempa itu, yang terjadi pada Rabu 26 Juli 2017, pukul 06.23 WIB, tidak menghasilkan tsunami.
Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono menyebutkan, pusat gempa atau episenter terletak pada koordinat 5,76 LS dan 101,36 BT. "Tepatnya di laut pada jarak 246 kilometer arah barat daya Kota Bintuhan, Bengkulu, pada kedalaman 10 kilometer," katanya lewat keterangan tertulis, Rabu, 26 Juli 2017.
Dari kedalaman dangkal itu, gempa tersebut tidak memicu tsunami.
Baca: Gempa 5.0 SR Guncang Barat Daya Sumatera
Dampak gempa berdasarkan peta tingkat guncangan BMKG menunjukkan daerah yang mengalami guncangan yaitu Pulau Enggano pada skala II versi BMKG atau III MMI. Di Pulau Enggano, gempa ini dirasakan oleh orang banyak dan sempat membuat panik warga pulau.
Wilayah pesisir Bengkulu seperti Manna, Bintuhan, Tanjungraya, Pasartalo, Pasaralas, dan Kaur, juga ikut mengalami guncangan lemah pada skala intensitas I versi BMKG atau II MMI. Di daerah ini gempa hanya dirasakan oleh beberapa orang saja.
"Gempa ini termasuk dalam klasifikasi dangkal di zona megathrust," ujar Daryoni. Zona megathrust merupakan lokasi subduksi lempeng dangkal dan landai sehingga rentan terjadi tsunami jika terjadi gempa berkekuatan besar.
Baca: Awas, Gempa Samudra Hindia Berdampak pada Megathrust Sumatera
Gempa disebabkan pergerakan lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia sehingga mengalami deformasi kerak bumi.
Hingga pukul 07.30 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi 2 aktivitas gempa susulan (aftershock) dengan kekuatan magnitudo 5,0 pada pukul 06.57 WIB dan skala 4, 8 pukul 07.21 WIB.
Kepala Badan Geologi Ego Syahrial menyatakan, wilayah barat Pulau Sumatera khususnya Provinsi Bengkulu pada umumnya disusun oleh batuan sedimen berumur kuarter, atau sekitar 0,01 hingg 1,8 juta tahun lalu. Adapun Pulau Enggano didominasi oleh batuan sedimen tersier yang berumur 1,8 hingga 65 juta tahun lalu.
Baca: Temuan Ahli LIPI, Gempa di Sumatera Ternyata Saling Ngobrol
"Guncangan gempa akan terasa kuat pada batuan kuarter serta tersier yang telah mengalami pelapukan karena bersifat urai, lepas, tidak kompak dan memperkuat efek guncangan," kata dia.
ANWAR SISWADI