TEMPO.CO, Jakarta - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan kerja sama antar-instansi atau lembaga menjadi kunci pengungkapan penyelundupan sabu-sabu seberat 1 ton di Anyer, Banten, pada Kamis, 13 Juli 2017. Ia mengatakan kerja sama itu akan diteruskan ke depannya dengan harapan dapat memotong suplai narkoba yang masuk ke Indonesia.
"Itu adalah hasil kerja sama antara tiga instansi, yaitu Polri, Direktorat Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, serta BNN. Jadi, dari segi informasi, kita sharing di antara ketiga instansi dan di lapangan kita juga bekerja sama," kata Tito di Balai Pertemuan Polda Metro Jaya, Kamis, 20 Juli 2017.
Ia mengatakan sabu-sabu yang disita merupakan sabu-sabu kelas satu. Jumlahnya pun terhitung merupakan penangkapan dengan barang bukti terbesar sepanjang sejarah kepolisian Indonesia.
Baca juga: Polisi Ungkap Penjualan Sabu dengan Bungkus Teh Cina
Jaringan yang ditangkap berasal dari Taiwan dan merupakan salah satu bandar utama. Setelah mendapat informasi dari kepolisian Taiwan, Tito mengatakan, instansi gabungan berhasil melacak kapal Wanderlust yang membawa narkoba itu.
"Alhamdulillah kapal-kapal pengejar dari Dirjen Bea dan Cukai bersama Direktorat Polair Polri berhasil mengejar dan menangkap kapalnya. Sekarang kapalnya sudah di Batam," ujar Tito.
Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang hadir dalam rilis itu, mengatakan Dirjen Bea dan Cukai mengerahkan dua kapal Bea-Cukai 7005 dan BC 8006 untuk mengejar kapal Wanderlust. Hingga akhirnya radar kapal BC 7005 menangkap sebuah obyek di daerah Tanjung Berakit yang diduga merupakan kapal Wanderlust yang membawa methamphetamine.
"Tim patroli laut dari Dirjen Bea-Cukai membawa kapal tersebut ke gudang tangkapan KPU Bea dan Cukai Batam di Tanjung Kucang," tutur Sri Mulyani.
Sri mengatakan kapal Wanderlust telah menjadi target operasi di empat negara selama dua bulan terakhir. Ia mengatakan sistem distribusi narkoba jaringan ini kerap dilakukan dengan cara kapal ke kapal. Karena itu, ia mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap aktivitas mencurigakan.
Baca juga: Sembunyikan di Kardus, Dua Orang Ini Selundupkan Sabu 5,1 Kilo
"Kalau nelayan kita memang mengetahui dan melihat adanya kegiatan-kegiatan yang mencurigakan untuk bisa menyampaikan kepada aparat yang berwajib. Apakah itu Bea-Cukai, BNN, maupun Polri dan TNI," kata Sri Mulyani.
Adapun Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional Inspektur Jenderal Arman Depari mengatakan Indonesia harus lebih waspada terhadap suplai narkoba dari luar. Pasalnya, tindakan tegas pemerintah Filipina membuat bandar narkoba mengalihkan target konsumennya ke Indonesia. "Segitiga emas yang awalnya jadi asal barang-barang narkoba yang masuk ke Indonesia bergeser ke Sungai Mekong," kata Arman.
Arman mengatakan para bandar ini tidak lagi menjual heroin atau psikotropika alami. Mereka beralih ke psikotropika aktif, seperti sabu-sabu dan ekstasi. "Kita akan hancurkan sindikat ini dengan kekuatan yang kita miliki dan senjata yang ada," ucap Arman.
EGI ADYATAMA