Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Polwan Ikut Gagalkan Penyelundupan Sabu 1 Ton Asal Taiwan  

image-gnews
Kapolda Metro Jaya Irjen (Pol) M. Iriawan (tengah) didampingi Dit Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Pol Nico Afinta (ketiga kanan), Kapolresta Depok Kombes Pol Herry Heryawan (keempat kiri), serta para staf memperlihatkan sabu yang gagal diselundupkan di Dermaga eks Hotel Mandalika, Anyer, Serang, Banten, 13 Juli 2017. Sabu seberat satu ton ini dikemas dalam 51 paket. ANTARA/Asep Fathulrahman
Kapolda Metro Jaya Irjen (Pol) M. Iriawan (tengah) didampingi Dit Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Pol Nico Afinta (ketiga kanan), Kapolresta Depok Kombes Pol Herry Heryawan (keempat kiri), serta para staf memperlihatkan sabu yang gagal diselundupkan di Dermaga eks Hotel Mandalika, Anyer, Serang, Banten, 13 Juli 2017. Sabu seberat satu ton ini dikemas dalam 51 paket. ANTARA/Asep Fathulrahman
Iklan

TEMPO.CO, Depok - Telepon genggam Kepala Kepolisian Resor Kota Depok Herry Heriawan bergetar sekitar pukul 11.00, Selasa, 6 Juni lalu. Pesan yang masuk berisi informasi penting dari Kepolisian Taiwan. Isinya menyebutkan akan ada residivis narkoba asal Taiwan, yang mendarat di Indonesia, melalui Bandara Soekarno-Hatta, hari itu.

Herry yang tergabung dalam polisi internasional, bergerak cepat, menindak lanjuti informasi itu. Soalnya, bakal ada bandar narkoba kelas kakap ingin menyelundupkan sabu dalam jumlab besar. Dia langsung menghubungi Direktorat Narkoba Kepolisian Daerah Metro Jaya, untuk mengabarkan informasi itu, dan membentuk tim gabungan.

Baca juga:

Polisi Menembak Mati Seorang Penyelundup 1 Ton Sabu dari Cina

Polda Metro dan Polres Depok segera membentuk tim gabungan yang diberi nama Satuan Tugas Merah Putih, untuk menindak lanjuti rencana penyelundupan narkoba ke Indonesia itu. Tim yang dibentuk secara kilat tersebut langsung bergerak.

Sebelum pukul 13.00, beberapa anggota tim gabungan yang baru dibentuk dua jam tersebut, sampai ke Bandara Soekarno-Hatta. Di bandara, anggota sudah memasang mata dan telinga untuk mengintai residivis yang akan tiba.

Baca pula:

Sabu 1 Ton yang Disita di Anyer Nilainya Mencapai Rp 2 Triliun

"Sekitar pukul 13.00, enam warga Taiwan tiba di bandara. Dan langsung kami intai dari sana," kata Wakil Kepala Satuan Narkoba Kepolisian Resor Kota Depok Ajun Komisaris Rosana Labobar, Jumat, 14 Juli 2017.

Keenam warga Taiwan yang datang adalah Lin Ming Hui, Chen Wei Cyuan, Liao Guan Yu dan Hsu Yung Li, Yen Hung Chi dan Mr X. Keenamnya sempat menginap di Hotel Mustika Gajahmada, Mangga Besar, Jakarta Barat.

Simak:

Kapolda Metro Jaya: Diduga, Sabu 1 Ton Asal Cina Akan Diedarkan ...

Polisi terus memantau pergerakan mereka selama 24 jam nonstop. Selama di Jakarta, dalam sepekan mereka sempat beberapa kali ke Anyer, Banten. "Mereka beberapa kali terpantau menggunakan guide orang Indonesia," ujar perwira Akademi Kepolisian angkatan 2007 itu.

Kedatangan para tersangka ke Anyer, untuk memetakan jalur tikus guna memuluskan penyelundupan sabu yang akan mereka terima dari Taiwan. Mereka menggunakan jalur laut, agar polisi sulit melacak penyelundupan sabu seberat 1 ton tersebut.

Setelah mereka menyelesaikan pemetaan jalur distribusi sabu. Komplotan mereka bertolak ke Taiwan dan Malaysia, pada 21 Juni 2017. "Satu orang ke Taiwan dan lima ke Malaysia," ujarnya. "Disana untuk mengatur strategi penyelundupan."

Baca:

Penyelundupan Sabu dari Cina ke Anyer Menggunakan Jalur Laut

Hanya dua hari ke luar negeri, dua orang dari kelompok Taiwan itu, kembali lagi ke Indonesia. Mereka adalah Hsu Yung Li dan Lin Ming Hui. Selang sehari, tiga orang lainnya pada 24 Juni, yaitu Yen Hung Chi, Cen Wei Chuan, Liau Guan Yu, juga kembali ke Indonesia.

"Namun, sepekan dari kedatangan terakhir, Yen Hung Chi, kembali ke Taiwan," ujarnya, sambil menambahkan, "Mr X tidak kembali."

Pada 30 Juni, komplotan Lin CS kembali ke Anyer. Mereka menginap dua malam di Hotel Green Garden, Anyer. Setelah menginap dan memastikan jalur penyelundupan, mereka kembali lagi ke Hotel Mustika Gajahmada. "Kami terus memantau pergerakan mereka di Jakarta maupun di Anyer."

Lin CS mulai mempersiapkan penerimaan 1 ton sabu yang akan didatangkan dari Taiwan. Pada Selasa, 11 Juli 2017, kelompok mereka telah kembali ke Anyer. Mereka kerap terpantau di dermaga eks Hotel Mandalika Jalan Anyer Raya, Serang, Banten.

Bahkan, polisi telah mengintai mereka yang berada di sana, sejak Senin malam pukul 23.00, sampai 04.30, keesokan paginya. Namun, di hari pertama pengintaian Satgas Merah Putih, belum membuahkan hasil. Ada gerakan, kata Rosana, "tetapi mereka belum melakukan apa-apa."

Sejak hari pertama, Rosana bersama timnya telah menyelinap masuk di kawasan eks Hotel Mandalika. Untuk masuk ke kawasan itu, Rosana mesti menyamar sebagai warga yang mencari orang tuanya, yang memancing di kawasan itu. "Sebab, yang boleh masuk hanya warga yang ingin memancing," ujar Polwan berusia 30 tahun itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kalau saya bilang saya polisi. Penyelidikan ini selesai," ucapnya, sambil terkekeh. Rosana merupakan srikandi kepolisian satu-satunya diantara 30an anggota di Tim Gabungan Satgas Merah Putih.

Meski seorang wanita, nyali Rosana terbilang cukup besar. Musababnya, dia sebagai anggota yang paling depan menginformasikan pergerakan komplotan Lin CS di eks Hotel Mandalika.

Bahkan, Rosana rela tiarap berjam-jam, dan menahan serbuan kawanan nyamuk di semak belukar, hanya untuk mengintai para tersangka. "Bayangkan saya tiarap, dengan pakaian kaus dan celana robek-robek, tanpa lotion," ucapnya. "Badan saya bentol-bentol di hari pertama pengintaian itu."

Di hari kedua pengintaian, Selasa, 11 Juli 2017, Rosana kembali berada di garda terdepan dalam tugas mengintai pergerakan Lin CS. Bahkan, jaraknya hanya sekitar 30 meter dari mobil tersangka, yang digunakan untuk menganung sabu.

Rosana menyelinap dengan cara terus bertiarap dan mengamati pergerakan mereka sejak pukul 22.00 sampai 02.30, Rabu, 12 Juli 2017. Ia mengatakan hanya terus mengamati pergerakan mereka dari jarak dekat.

Pada hari kedua itu, kata dia, ada dua mobil milik tersangka masuk ke kawasan eks Hotel Mandalika. Satu mobil masuk ke semak-semak di bagian luar hotel, dan satu mobil lainnya masuk ke dalam menuju dekat dermaga.

Satu mobil yang dibawa tersangka diparkir ke arah luar untuk memastikan tidak ada orang yang masuk ke kawasan itu. Akhirnya, kata dia, sebagian anggota yang mengintai sedikit menjauh dari mobil milik tersangka yang bertugas mengintai.

"Tapi, saya terus berkomunikasi melalui Whatsapp, memberitahukan perkembangan di kawasan dermaga," katanya.

Setelah satu jam tiarap, komplotan mereka terlihat mulai memainkan lampu mobil ke arah laut. Menurutnya, lampu tersebut menjadi kode penyelundupan sabu, yang diantar melalui perahu sampan kecil dengan satu penggerak motor.

Rosana tidak berani mendongakkan kepala karena saat itu malam bulan purnama. Meski di semak belukar perkebunan, cuaca menurutnya, begitu terang. "Jadi saya hanya memantau dengan tiarap, dengan teropong malam hari yang saya bawa," ucapnya.

Polisi, kata Rosana, sempat terkecoh karena tidak melihat perahu yang bersandar di dermaga. Ternyata, lokasi dermaga sedikit curam, sehingga polisi tidak melihat ada perahu kecil yang sudah bersandar di sana. Bahkan, perahu tersebut kabur tanpa terlihat.

Satu mobil milik tersangka telah jalan, dan mau memutar balik. Dari sana polisi mulai bergerak menggerebek para tersangka. Karena mencoba melakukan perlawanan, akhirnya polisi memberondong tembakan.

"Bahkan saya nyaris ditabrak oleh mobil inova hitam yang mereka bawa," ujarnya. "Mereka mencoba kabur, dan saya bergulat di sana."

Polisi menembak mati Lin Ming Hui, yang terus melakukan perlawanan. Lin merupakan kapten komplotan Taiwan, tersebut. Satu tersangka bernama Hsu Yung Li, sempat melarikan diri, tetapi berhasil diciduk sehari setelahnya. "Yung Li ditangkap saat mau memberhentikan bus di dekat sana, oleh anggota Polsek Anyer."

Menurut Rosana, tangkapan sabu seberat 1 ton tersebut merupakan prestasi terbesarnya dalam menjalani tugas sebagai polisi. Bahkan, penyelundupan sabu tersebut merupakan yang terbesar sepanjang sejarah penyelundupan narkoba di Indonesia.

Kualitas narkoba jenis sabu asal Taiwan tersebut, menurutnya, berada di kelas wahid. Hal itu, bisa dilihat dari bentuk kristalnya yang jernih. Polisi menaksir sabu tersebut bisa terjual sekitar Rp 1,5-2 triliun, dengan total pengguna mencapai 10 juta orang jika beredar.

IMAM HAMDI

Video Terkait:
Dikawal Polisi, Penyelundup Sabu 1 Ton Tiba di Jakarta



Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kronologi Penyelundupan Sabu dan Ekstasi dari Medan ke Jakarta Melalui Pesawat Lion Air, Mengapa Bisa Lolos Pemeriksaan?

20 jam lalu

Wakil Direktur Tindak Pidana Narkoba Badan Reserse Kriminal Umum (Bareskrim) Komisaris Besar Arie Ardian (dua dari kanan) menunjukkan barang bukti dari penangkapan 24 kilogram sabu dan ekstasi sebanyak 1.840 di Gedung Mabes Polri, Kamis, 18 April 2024. Pengungkapan dua kasus peredaran narkotika itu dilakukan sejak 22 Maret 2024 dan 4 April lalu. TEMPO/Ihsan Reliubun
Kronologi Penyelundupan Sabu dan Ekstasi dari Medan ke Jakarta Melalui Pesawat Lion Air, Mengapa Bisa Lolos Pemeriksaan?

Bareskrim bersama tim gabungan Bea Cukai Bandara Soekarno-Hatta menangkap penumpang Lion Air yang membawa sabu dan ekstasi dari Medan.


Polisi Tangkap Residivis Pengedar Narkoba Senilai Rp 10 Miliar di Bekasi

1 hari lalu

Ilustrasi penjahat narkoba. TEMPO/Iqbal Lubis
Polisi Tangkap Residivis Pengedar Narkoba Senilai Rp 10 Miliar di Bekasi

Polres Metro Bekasi Kota menyita 10 kilogram narkoba jenis sabu senilai Rp 10 Miliar saat menangkap MH, residivis dalam kasus sama pada 2022


Tanggapan Lion Air Terkait Penangkapan 2 Karyawan dalam Kasus Penyelundupan Narkoba Jalur Udara

1 hari lalu

Corporate Communication Strategic of Lion Air, Danang Mandala Prihantono, memberikan keterangan terkait pelaporan perundungan yang dilakukan terhadap Pilot Loin Air, di Kantor Pusat Lion Air, Jakarta. 30 Agustus 2018. TEMPO/Chitra Paramaesti.
Tanggapan Lion Air Terkait Penangkapan 2 Karyawan dalam Kasus Penyelundupan Narkoba Jalur Udara

Manajemen Lion Air angkat bicara terkait informasi penangkapan dua karyawan maskapai itu dalam kasus penyelundupan narkoba melalui jalur udara.


Bareskrim Ungkap Peredaran Narkoba Melalui Jalur Udara, 2 Petugas Lion Air Terlibat

1 hari lalu

Wakil Direktur Tindak Pidana Narkoba Badan Reserse Kriminal Umum (Bareskrim) Komisaris Besar Arie Ardian (dua dari kanan) menunjukkan barang bukti dari penangkapan 24 kilogram sabu dan ekstasi sebanyak 1.840 di Gedung Mabes Polri, Kamis, 18 April 2024. Pengungkapan dua kasus peredaran narkotika itu dilakukan sejak 22 Maret 2024 dan 4 April lalu. TEMPO/Ihsan Reliubun
Bareskrim Ungkap Peredaran Narkoba Melalui Jalur Udara, 2 Petugas Lion Air Terlibat

Bareskrim Polri menangkap jaringan pengedar narkoba yang melintas melewati jalur udara.


Polisi Tangkap Pengedar Narkoba Lewat Undercover Buy di Bekasi, Sita 3 Kardus Sabu

1 hari lalu

Barang bukti dihadirkan dalam Konferensi Pers Pengungkapan Satgas Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Bareskrim Polri & Polda Jajaran Operasi Escobar 2024 di Gedung Bareskrim Polri Jakarta, 13 Maret 2024. Di antaranya, sabu 2,8 ton, ekstasi 1.030.559 butir, ganja 1,6 ton, kokain 8,64 Kg, tembakau gorilla 127,2 Kg, etamine 24,8 Kg dan obat keras sebanyak 4.875.406 butir. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Polisi Tangkap Pengedar Narkoba Lewat Undercover Buy di Bekasi, Sita 3 Kardus Sabu

Polres Metro Bekasi Kota menangkap pelaku peredaran narkoba berinisial MH yang kerap bertransaksi di Jalan Raya Caman, Pondok Gede, Kota Belasi.


Bareskrim Tangkap Dua Pegawai Maskapai Swasta, Diduga Selundupkan Narkoba ke Kabin Pesawat

2 hari lalu

Direktur Tindak Pidana Narkoba Brigjen Pol. Mukti Juharsa. (ANTARA/Laily Rahmawaty
Bareskrim Tangkap Dua Pegawai Maskapai Swasta, Diduga Selundupkan Narkoba ke Kabin Pesawat

Dua pegawai maskapai swasta yang diduga sebagai kurir narkoba itu ditangkap saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta.


Golkar Jajaki Koalisi dengan PKS Hadapi Pilkada Depok 2024

9 hari lalu

Ketua DPC PKS Kota Depok Imam Budi Hartono mendampingi bacaleg mendaftar ke Kantor Sekretariat KPU Depok di Jalan Margonda No. 379, Kecamatan Beji, Depok, Senin, 8 Mei 2023. TEMPO/Ricky Juliansyah
Golkar Jajaki Koalisi dengan PKS Hadapi Pilkada Depok 2024

Ketua DPD Golkar Kota Depok Farabi A. Arafiq telah bertemu dengan Ketua DPD PKS Kota Depok Imam Budi Hartono untuk menjajaki koalisi di Pilkada Depok.


Polisi Sebut 6 Pemuda Konvoi Saat Malam Takbiran di Tomang Positif Narkoba

9 hari lalu

Ratusan pemuda ditangkap polisi dalam konvoi malam takbiran di Jalan Kyai Tapa, Tomang, Jakarta Barat, 10 April 2024. ANTARA/HO-Polres Jakbar
Polisi Sebut 6 Pemuda Konvoi Saat Malam Takbiran di Tomang Positif Narkoba

Polisi mendapati enam pemuda yang konvoi saat malam takbiran di kawasan Jakarta Barat positif mengonsumsi narkoba.


Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

9 hari lalu

Associate Professor Henry Surendra sebelumnya membahas kesenjangan pandemi dan kematian akibat Covid-19 di Indonesia/Monash University
Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

World Health Summit akan pertama kali digelar di Monash University. Ada beberapa tema yang akan dibahas oleh peneliti, salah satunya, demam berdarah


Kesaksian Tetangga, Tersangka Pabrik Ekstasi Jaringan Fredy Pratama Huni Rumah Berdalih untuk Orang Sakit

10 hari lalu

Penampakan rumah yang dijadikan pabrik ekstasi di Perumahan Taman Sunter Agung B6, Tanjung Priok, Jakarta Utara, 8 April 2024. Polisi menggerebek pabrik ekstasi yang masuk jaringan narkoba internasional Fredy Pratama. TEMPO/Han Revanda Putra.
Kesaksian Tetangga, Tersangka Pabrik Ekstasi Jaringan Fredy Pratama Huni Rumah Berdalih untuk Orang Sakit

Tetangga rumah yang dijadikan markas pabrik ekstasi jaringan Fredy Pratama menceritakan kesaksiannya tentang rumah bernomor B6 itu.