TEMPO.CO,Yogyakarta - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta Yogya sebagai kota pelajar dan mahasiswa, harus mengantisipasi dan tidak membiarkan bibit–bibit radikalisme tumbuh subur lewat dunia pendidikan.
“Para pemangku kepentingan dunia pendidikan harus punya sistem peringatan dini mencegah infiltrasi senyap paham fundamentalisme dan radikalisme ini,” ujar Sultan saat menggelar syawalan bersama para tokoh masyarakat, pengusaha, TNI dan polri di Komplek Kantor Gubernur Kepatihan Kamis, petang 6 Juli 2017.
Baca : 3 Dugaan Motif Teror ISIS di Polsek Kebayoran Lama Versi Polri
Sultan khawatir, suburnya paham fundamentalisme agama lambat laun akan menjurus pada perilaku radikalisme dan akhirnya berbuah tindakan terorisme.
“Seluruh kampus di Yogya harus sadar dan waspada begitu berbahanya gerakan fundamentalisme dan radikalisme ini jika berkembang,” ujar Sultan.
Terlebih pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri sudah menengarai adanya kelompok yang menyiapkan cukup matang Rancangan Undang Undang Dasar Negara Khilafah untuk mengganti NKRI.
Simak : Teror di Mabes Polri, Mulyadi Diduga Anggota Jaringan JAD
Sultan pun mengapresiasi langkah Univeritas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang cukup tanggap memerangi masuknya bibit fundamentalisme di lingkungannya. “Kampus lain bisa mencontoh yang dilakukan UGM yang berkomitmen menjadi kampus Pancasila,” ujarnya.
Sultan menuturkan, langkah yang dilakukan UGM memerangi sebaran paham fundamentalisme dan radikalisme dengan berbagai gerakan. Pertama, membersihkan kampus UGM dari kegiatan bernuansa radikal dan kekhilafahan dengan meminta setiap dosen mata kuliah apapun menyampaikan materi nilai-nilai Pancasila setidaknya 30 menit saat memberikan kuliah.
Kedua, UGM juga memonitoring menyeluruh sejak mahasiswa masuk kampus hingga pengambilalihan pengelolaan masjid kampus oleh Badan Pengelolaan Masjid Kampus UGM yang sebelumnya dikelola yayasan. “Pengambilalihan pengelolaan masjid oleh kampus ini agar tidak jadi tempat masuknya paham radikal,” ujar Sultan.
Ketiga, UGM juga mewajibkan penyelenggaraan kuliah agama Islam harus berlandaskan Islam yang rahmatan lil’alamien.
Baca juga : ISIS Ancam NU, Kelompok Ini Kumpulkan Pendekar Siap Melawan
Sultan pun meminta dalam memerangi fundamentalisme dan radikalime, Indonesia perlu berkaca pada pengalaman negara-negara seperti Suriah dan Irak yang tengah menumpas gerakan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS).
“Kini adalah zamannya perang proksi dimana mereka (penganut radikalisme) nabok nyilih tangan (memukul menggunakan tangan orang lain). Menggunakan pihak ketiga menyebar berita menyesatkan,” Sultan menambahkan.
PRIBADI WICAKSONO