TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla heran dengan pelaku terorisme yang menyerang anggota kepolisian di Masjid Falatehan, Jakarta Selatan. Sebab, kata Kalla, pelaku ikut salat bersama korban di masjid.
"Kalau dia Islam betul, masa orang ditikam," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa, 4 Juli 2017.
Baca juga: Pola Serangan ke Polisi di Masjid Falatehan Mirip Teror Medan
Menurut dia, aksi terorisme yang dilakoni seorang diri itu salah satunya tak lepas dari pengaruh teknologi. Pola penyebaran paham radikal tidak hanya dilakukan secara langsung oleh kelompok-kelompok teroris. Namun, kata Kalla, kehadiran teknologi bisa membuat orang jadi radikal. "Di samping ada yang baik ada juga radikalisme," ucapnya.
Jumat pekan lalu, dua anggota kepolisian menjadi sasaran aksi terorisme di Masjid Falatehan. Kedua korban diserang oleh Mulyadi dengan menggunakan sangkur.
Juru bicara Mabes Polri, Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, menilai pola serangan di Masjid Falatehan mirip dengan teror di Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara pada Minggu, 25 Juni 2017.
Kalla menambahkan upaya menangkal pemahaman radikal lewat teknologi tidaklah mudah. Sebab, ada banyak sekali konten yang beredar. "Antisipasinya kan pemerintah menugaskan Menkominfo men-delete, memblokir, tapi karena miliaran jadi tidak semua bisa diblokir," ucapnya.
Menanggapi sejumlah warga Indonesia yang baru kembali dari Suriah, Kalla menilai hal terpenting bagi mereka ialah memberikan lapangan pekerjaan. "Karena mereka sudah dicuci otak, kita cuci otak kembali," kata Kalla.
ADITYA BUDIMAN