TEMPO.CO, Bandung - Wajan milik kios Tahu Sumedang Pak Budi di kawasan Cipacing, Kabupaten Sumedang, tak berhenti mengepul pada masa mudik 2017. Puluhan butir tahu silih berganti digoreng dalam satu wajan. Aroma kacang kedelai khas tahu Sumedang sangat menggoda bagi siapa pun yang melintasi deretan kios di kawasan tersebut.
Setiap musim mudik Lebaran, para penjual tahu Sumedang di kawasan itu tak pernah sepi pelanggan. Sebagian pemudik yang melalui jalur selatan tak pernah absen membeli kudapan khas Sumedang itu, baik untuk dijadikan camilan selama perjalanan maupun sebagai buah tangan keluarga di kampung.
Baca: Mudik Lebaran, Jalan Tol Brebes-Gringsing Bisa Dibuka Malam
Budi, salah satu pemilik kios tahu Sumedang di kawasan Cipacing, mengatakan setiap musim mudik, apalagi mendekati Lebaran, kiosnya bisa menghabiskan 2.000 butir tahu dalam satu hari. Penjualannya melonjak drastis dibanding hari biasa.
"Sehari bisa habis 2.000-an tahu. Apalagi kalau H-2, bisa lebih banyak. Kalau hari biasa, seribu butir juga kadang tak habis," katanya kepada Tempo, Jumat, 23 Juni 2017.
Tahu Sumedang di kios Budi dibanderol seharga Rp 25 ribu per bungkus. Dalam satu bungkus, terdapat 25 butir tahu. Tahu Sumedang di kios itu pun bisa dinikmati di tempat. "Kita juga jual leupeut (lontong)," ucapnya.
Baca: Kisah Sulitnya Penyandang Disabilitas Mudik ke Kampung Halaman
Kenikmatan tahu Sumedang memang tak bisa dipungkiri lagi. Kudapan berbahan dasar kacang kedelai ini merupakan buah tangan yang selalu dibeli para pelancong yang datang ke Sumedang, Jawa Barat.
Tahu Sumedang memiliki rasa yang khas. Berbeda dengan tahu biasa, yang membedakannya adalah tekstur luar makanan ini lebih garing. Selain itu, rasanya lebih gurih. Makanan ini paling cocok dicocol dengan sambal kecap plus irisan cabe rawit. Dijamin, Anda tidak akan puas apabila hanya memakan satu-dua tahu ini.
IQBAL T. LAZUARDI S.