INFO NASIONAL - Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day reserve repo rate tetap 4,75 persen. Suku bunga deposit faculty tetap 4,00 persen dan lending facility juga tetap 5,50 persen. Keputusan tersebut merupakan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 14-15 Juni 2017 sekaligus merespons kenaikan Fed Fun Rate (FFR) pada 14 Juni lalu sebesar 0,25 persen menjadi di kisaran 1-1,25 persen. Keputusan itu juga sebagai bentuk konsistensi BI menjaga stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan.
BI berharap, dengan mengantisipasi kenaikan FFR, pasar keuangan tetap kondusif. Terlebih dengan adanya persepsi positif terhadap pengelolaan makroekonomi dan kondisi fundamental ekonomi Indonesia. “Ke depan, risiko perekonomian global tetap perlu diwaspadai, di antaranya kenaikan FFR lebih lanjut, rencana penurunan besaran neraca bank sentral, serta perkembangan geopolitik di beberapa kawasan,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara dalam konferensi pers di Kompleks BI, Kamis, 15 Juni 2017 .
Baca Juga:
Selain itu, BI tetap mewaspadai potensi risiko global dan domestik yang berpeluang mempengaruhi kondisi perekonomian nasional, di antaranya kenaikan FFR lanjutan dan rencana penurunan besaran neraca bank sentral Amerika Serikat hasil pemilu di Inggris. Potensi penurunan harga komoditas global juga termasuk faktor yang diwaspadai BI.
Sedangkan faktor domestik yang diwaspadai BI adalah dampak penyesuaian administered price terhadap inflasi dan konsolidasi korporasi serta perbankan. “Karena itu, Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, serta sistem pembayaran agar stabilitas makroekonomi ataupun sistem keuangan bisa terjaga,” ujarnya.
Tirta juga memaparkan stabilitas sistem keuangan Indonesia masih kuat dengan didukung ketahanan industri perbankan dan pasar keuangan. Adapun posisi April 217, yakni rasio kecukupan modal (CAR) 22,6 persen dan rasio likuiditas (AL/DPK) 21,6 persen. Begitu pula dengan posisi rasio kredit bermasalah (NPL) 3,1 persen (gross) dan 1,4 persen (nett). Transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial terus dilakukan walau belum optimal lantaran perbankan berhati-hati mengelola risiko kredit.
Baca Juga:
Pertumbuhan kredit per April 2017 sebesar 9,5 persen (year on year), naik dibanding bulan sebelumnya 9,2 persen (yoy) . Meningkatnya pertumbuhan kredit tersebut didorong kredit infrastruktur, konsumsi, dan sosial. Adapun pertumbuhan DPK April 2017 sebesar 9,9 persen (yoy). Angka ini menurun sedikit dibanding posisi yang sama pada bulan sebelumnya.
BI meyakini perekonomian Indonesia pada triwulan II 207 diprediksi membaik dengan didukung pertumbuhan ekspor, meningkatnya investasi, dan tetap kuatnya konsumsi rumah tangga. Ekspor meningkat karena berlanjutnya perbaikan ekonomi global serta adanya kenaikan harga pada beberapa komoditas global. Investasi meningkat lantaran meningkatnya investasi pada bangunan terkait dengan proyek infrastruktur pemerintah ataupun swasta. Termasuk perbaikan investasi non-bangunan pada aktivitas sektor berbasis komoditas dan konstruksi. Adapun konsumsi rumah tangga menguat karena adanya penyaluran tunjangan hari raya (THR).
BI juga berhasil menjaga inflasi dalam kisaran inflasi 2017, yakni plus-minus 4 persen, meski ada kenaikan pada Mei 2017. Indeks harga konsumen (IHK) Mei 2017 sebesar 0,39 persen (month to month) atau 4,33 (yoy). Angka tersebut naik dibanding bulan lalu 0,09 (mom) atau 4,17 (yoy).