TEMPO.CO, Bandung - Tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Parahyangan (WISSEMU) menargetkan sampai ke puncak Gunung Denali pada 1 Juli 2017. Duet pendaki mahasiswi, Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari, 23 tahun, masing-masing harus menggendong beban 22 kilogram di punggung dan 18 kilogram beban lain yang ditarik. Pendakian akan dimulai pada 18 Juni 2017.
Ekspedisi Gunung Denali di Alaska tersebut dimulai dari Anchorage. Meski tidak setinggi puncak Everest di ketinggian 8.848 meter dari permukaan laut atau pun tidak sedingin Gunung Vinson Massif, mendaki Gunung Denali punya tantangan berbeda. "Kami harus melalui trek yang panjang dengan membawa beban 40 kilogram," kata Fransiska lewat keterangan tertulis, Selasa, 13 Juni 2017.
Tantangan lain dari pendakian kali ini adalah banyaknya crevasse di sepanjang jalur pendakian hingga puncak yang meningkatkan risiko pendaki jatuh ke dalam retakan glassier tersebut.
Gunung Denali yang memiliki ketinggian 6.190 mdpl merupakan gunung tertinggi ketiga dari rangkaian Seven Summits atau tujuh puncak dunia di benua berbeda.
Tim ingin meraih puncak keenam pada gunung ini, sebelum berlanjut ke Gunung Everest. Universitas Parahyangan dan Bank Rakyat Indonesia membiayai ekspedisi tersebut.
Denali atau The Great One dinamakan suku asli sekitar gunung. Namanya sempat diganti seorang penambang emas pada 1896 menjadi Mount Mckinley. Nama itu mengacu nama Presiden Amerika Serikat yang sedang menjabat saat itu. Namun Presiden Barack Obama mengembalikan nama Denali pada 2015.
Berada dekat kutub utara, Denali yang selalu terang oleh sinar matahari selama 24 jam pada musim panas, permukaannya didominasi glacier atau endapan salju yang membatu sehingga membentuk bongkahan es yang besar. Suhu ekstrem pada gunung itu bisa mencapai minus 60 derajat hingga minus 83 Celsius dengan tambahan angin.
ANWAR SISWADI