TEMPO.CO, Pontianak - Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Barat, Brigadir Jenderal Polisi Erwin Triwanto, mengimbau warga untuk tidak mempercayai gambar atau video yang beredar di media sosial ihwal bentrok antar warga dengan ormas di Pontianak. "Kebanyakan merupakan foto-foto lama dan tidak ada kaitannya dengan kegiatan hari ini," kata Erwin kepada Tempo, Sabtu 20 Mei 2017. (Baca: Mabes Polri Turunkan Brimob Jaga Pekan Dayak dan Aksi Bela Ulama)
Adapun hal yang viral di media sosial di antaranya prosesi adat Dayak serta foto-foto yang memperlihatkan hamparan senjata tajam. Gambar-gambar tersebut tersebar melalui akun-akun pribadi. Beberapa status mengunggah kalimat pengharapan agar Pontianak tidak rusuh. Namun tidak sedikit yang terpancing dan menyebarkan kembali dengan menambahkan dengan komentar bernada emosi.
Pada Sabtu 20 Mei 2017, di Pontianak berlangsung dua acara berbeda dalam saat yang bersamaan. Pertama, Festival Gawai Dayak. Festival Gawai Dayak adalah kegiatan kebudayaan tahunan Provinsi Kalimantan Barat. Sejatinya, festival ini adalah upacara panen padi. Kegiatan berpusat di Rumah Adat 'Radakng'.
Kedua, Aksi Bela Ulama 205. Ratusan peserta Aksi Bela Ulama 205 berkonsentrasi di Masjid Raya Mujahidin, Pontianak, Jalan Ahmad Yani. Agenda mereka untuk mendesak aparat memproses laporan warga terhadap konten pidato Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis.
Atas dua agenda tersebut, Erwin mengatakan tidak ada bentrok antara dua kubu massa tersebut. Mereka, ujar Erwin, diperbolehkan melakukan kegiatan asal tetap mematuhi aturan hukum yang berlaku. "Tidak diperkenankan membawa senjata tajam atau senjata rakitan. Melanggar Undang-Undang Darurat Nomor 12 tahun 1951," tutur dia.
Erwin menjelaskan, penggunaan senjata tajam jenis mandau yang viral di media sosial dipastikan hanya digunakan untuk kegiatan kebudayaan yakni Festival Gawai Dayak. "Mereka gunakan untuk kegiatan, bukan untuk diacung-acungkan," tutur Erwin.
Toh, Erwin membenarkan, adanya beberapa senjata tajam yang disita dari satu kelompok massa. Hingga saat ini masih dilakukan pendalaman terkait kasus kepemilikan senjata tajam tersebut. (Baca: Aksi Bela Ulama 205 Kisruh, Pontianak Berstatus Siaga)
Adapun sekitar pukul 14.00 WIB, aparat memang sempat bersitegang dengan peserta aksi bela ulama di depan Masjid Raya Mujahidin Jalan Ahmad Yani. Polisi mengamankan beberapa senjata tajam. Aparat sempat dilempari dengan air mineral. Ketegangan sempat terjadi, namun situasi kemudian dapat dikendalikan. Massa kemudian membubarkan diri.
Panglima Komando Distrik Militer XII Tanjungpura, Mayor Jenderal Andika Perkasa sejak pukul 13.00 WIB, berjaga di ruas Jalan Gajahmada. "Sejauh ini belum ada bentrok, kami terus memastikan itu tidak terjadi," kata Andika. Dia memohon dukungan dari semua pihak, untuk sama-sama mengendalikan diri.
Sementara itu, di rumah adat Dayak, Radangk, berlangsung pawai kontingen Festival Gawai Dayak. Kontingen masyarakat adat tidak hanya dari Kalimantan Barat, tetapi dari beberapa negara lain. Di antaranya, masyarakat asli Amerika Serikat, New Zealand, Polandia, Australia, serta rumpun suku Dayak di Pulau Kalimantan.
Kepala Kepolisian Resor Kota Pontianak, Komisaris Besar Polisi Iwan Imam Susilo memastikan jalur kegiatan dua kelompok massa tidak bentrok. "Tidak sempat bertemu dengan peserta pawai Gawe Dayak, karena itu jalur ini kami amankan," katanya.
Kegiatan perekonomian di jalan-jalan protokol Kota Pontianak berhenti sejak pukul 14.00 WIB. Di Jalan Tanjungpura dan Jalan Gajahmada, tampak lengang. Warung kopi yang buka bisa dihitung dengan jari. (Baca: Unjuk Rasa Sempat Kisruh, Polisi: Pontianak Sudah Kondusif)
Konsentrasi massa berada di Jalan Gajahmada dan Jalan Sultan Abdurahman. Penjagaan ketat pun dilakukan di dua ruas jalan tersebut. Personel Brimob, Pasukan Antihuru-hara tampak bersiaga. Dua kendaraan taktis, mobil barracuda dan water canon juga terparkir di depan Ligo Mitra.
Hujan mengguyur Kota Pontianak pukul 19.00 WIB. Saat suasana lengang, beberapa kelompok dengan menggunakan kendaraan bermotor yang melintas Jalan Gajahmada, dihalau keluar. Bahkan, empat di antaranya diperiksa pihak kepolisian. Suasana berangsur pulih sekitar pukul 23.00 WIB, aktivitas warga mulai kembali terlihat. Ruas Jalan Tanjungpura dan Gajahmada kembali dibuka. (Baca: Pekan Dayak dan Aksi Bela Ulama di Pontianak, Gubernur: Aman)
ASEANTY PAHLEVI