INFO NASIONAL - Wakil Ketua MPR RI Mahyudin sangat khawatir dan merasa miris dengan potensi-potensi perpecahan bangsa yang kian marak di Indonesia, terutama pra- dan pasca-pilkada DKI Jakarta. Potensi-potensi itu terlihat semakin melebar dan berbahaya dengan tuntutan penggantian ideologi Pancasila ke ideologi lain.
"Jika saya bisa meminta, sudahlah, hentikan semua potensi konflik dan perpecahan bangsa yang antara lain memfitnah, menghasut, memanas-memanasi. Terlalu mahal harga dan darah yang harus dibayar bangsa ini jika terjadi perpecahan bangsa," katanya dalam acara Dialog Kebangsaan DPD KNPI Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, di aula kantor Wali Kota Banjarbaru, Kamis, 18 Mei 2017.
Diungkapkan Mahyudin, banyak sekali ajakan SARA tersebut, terutama di media sosial. Sebab, ia berharap masyarakat, terutama generasi muda, pintar dan bijak ketika menerima ajakan dan provokasi-provokasi yang menimbulkan perpecahan. "Saya sendiri di grup WA banyak sekali menerima kiriman-kiriman dan posting-posting berbau SARA. Tapi saya dengan tegas menegur tidak boleh mengirim seperti itu. Saya analisis, ternyata asal kiriman tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan, hoax, dan akun palsu," ujarnya.
Sejarah mencatat semua elemen yang beragam di Indonesia sejak era kerajaan-kerajaan berkuasa di Nusantara, bersepakat bersatu untuk lepas dari penjajahan Belanda, sehingga lahirlah Indonesia dan Pancasila sebagai perekat semua perbedaan yang ada. Ratusan tahun, dari era kerajaan sampai zaman perjuangan kemerdekaan Indonesia, setelah Indonesia lahir, semua berjibaku berdarah-darah merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Yang luar biasa adalah pengorbanan kerajaan-kerajaan yang rela melepas hierarki kekuasaan dinastinya demi bersepakat membentuk sebuah negara, yakni Indonesia. "Itulah makanya saya tegaskan, terlalu mahal jika bangsa ini mengalami perpecahan. Itu sama saja mengkhianati pengorbanan nenek moyang kita dulu," katanya.
Mahyudin mengingatkan, tanpa Pancasila, bubarlah bangsa ini. Rakyat Indonesia seluruhnya harus menjaga keutuhan bangsa dengan menjaga Pancasila di kehidupan sehari-hari. Dengan penuh harap, pimpinan MPR termuda ini mengatakan generasi muda jangan jauh-jauh berpikir dan bertindak. “Mulailah dari diri sendiri dengan tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Abaikan semua ajakan yang berbau SARA. Dialog ini adalah salah satu ikhtiar dan upaya meminimalkan potensi perpecahan bangsa. Pemahaman mengenai Pancasila jangan hanya sebatas teori, tapi benar-benar diimplementasikan di kehidupan," tuturnya.
Acara dialog sendiri berlangsung selama satu hari dengan dihadiri anggota MPR RI dari kelompok DPD RI Mochammad Sofwat Hadi, forkompimda Provinsi Kalimantan Selatan serta pemkot Banjarbaru, juga para pemuda gabungan anggota KNPI dan Himpunan Mahasiswa Islam se-Kalimantan Selatan. (*)