TEMPO.CO, Jakarta - Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) berlangsung serentak di seluruh Indonesia, Selasa, 16 Mei 2017. Tercatat sebanyak 797.023 peserta berjibaku memperebutkan kursi di 85 kampus negeri, yang daya tampungnya mencapai 128.085 kursi.
Dari ratusan ribu peserta, hanya 20.860 yang mengikuti ujian melalui sistem computer-based test (CBT). “Sisanya 776.163 peserta mengikuti tes berbasis kertas ,” kata Ketua Panitia Pusat SBMPTN 2017, Ravik Karsidi.
Baca: Apa Alternatif buat Peserta yang Tak Lulus SBMPTN?
Pelaksanaan ujian secara umum berlangsung lancar. Namun, beberapa masalah disejumlah daerah muncul. Di antaranya kekhawatiran serangan virus Ransomware jenis WannaCry dan praktek curang peserta SBMPTN. Setidaknya ada 5 perkara yang mencemaskan dalam pelaksanaan SBMPTN. Berikut ini lima persoalan itu.
1.Ancaman virus Ransomware jenis WannaCry.
Terhitung sejak akhir pekan lalu, virus ini menyerang jaringan Internet di sejumlah instansi. Meski tidak sampai menganggu proses SBMPTN, beberapa tempat ujian mengantisipasinya. Seperti Universitas Negeri Jember, Jawa Timur. "Selama peserta mengikuti ujian SBMPTN, tidak ada computer yang terkoneksi dengan internet," kata Sekretaris Panitia lokal 58 Jember Soleh Afifi di Posko SBMPTN Universitas Jember.
Peserta SBMPTN
Teknisnya, menurut Soleh, soal SBMPTN baru diunggah melalui koneksi Internet ke server satu jam sebelum pelaksanaan ujian dimulai. Setelah soal selesai diunggah, koneksi Internet langsung dimatikan. "Soal-soal ujian SBMPTN juga di-back up di server, sehingga kemungkinan terburuk sudah diantisipasi.”
Antisipasi serupa dilakukan Panitia Lokal Universitas Tidar Kota Magelang. "Tim Unit Pelaksana Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi sudah memblokir beberapa alamat IP (Internet Protocol) yang dinilai berisiko. Ini sesuai arahan Kementerian Komunikasi dan Informasi," kata Sigit Joko Purnomo, penanggung jawab lokasi CBT Subpanitia Lokal Untidar di Magelang.
Peserta SBMPTN
2.Praktek Curang Pakai Ponsel
Di Makassar, Sulawesi Selatan, pelaksanaan SBMPTN dinodai kecurangan. Seorang peserta mencontek kunci jawaban dari ponsel. Itu dilakukan oleh calon mahasiswa yang ikut ujian di SMA Negeri 16, Jalan Amanagappa, Makassar.
"Pengawas curiga dengan gerak-geriknya, setelah didatangi ternyata peserta SBMPTN itu diduga menyontek kunci jawaban di ponselnya,” kata Ketua Panitia Lokal dari Universitas Hasanuddin, Andi Naharuddin. Ponsel itu disembunyikan di kaos kaki peserta SBMPTN.
Baca: Peserta SBMPTN di Makassar Intip Kunci Jawaban di Polsel
Modusnya, "Kunci jawaban dikirim melalui SMS oleh seseorang. Peserta ini kemudian dibawa keluar ruang ujian untuk diamankan dan ponsel disita. Peserta ini terancam didiskualifikasi.”
Peserta SBMPTN
3.Tak Ada Soal Huruf Braille
Panitia SBMPTN lokal belum semuanya menyediakan soal ujian dengan hurup braille buat peserta penyandang tuna netra. Karena itu, dibutuhkan pengawas untuk membacakan soal yang diujikan. “Panitia harus menyediakan pendamping khusus bagi peserta tuna netra,” kata Rektor Universitas Negeri Medan, Syawal Gultom.
Simak juga: 12.369 Peserta Ikuti Ujian SBMPTN di Jember, Panitia Waspadai Joki
Salah satu peserta SBMPTN penyandang tuna netra ada di Universitas Negeri Medan, bernama Rusdi Perinta Bangun. Memiliki nomor ujian 217.1.400.13355 dan mengikuti Kelompok Ujian Sosial dan Humaniora (SOSHUM). Rusdi menjawab soal SBMPTN didampingi oleh petugas khusus.
Peserta SBMPTN
Menurut Syawal, jumlah peserta berkebutuhan khusus yang mengikuti SBMPTN sebanyak 13 orang. Terdiri dari tuna netra, tuna runggu dan tuna wicara. Mereka tidak ada dibeda-bedakan dengan perserta normal. “Panitia SBMPTN memberikan layanan yang sama.”
Panitia SBMPTN di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya juga melakukan hal yang sama. Seorang peserta penyandang tuna netra bernama Nurul Hikmah harus didampingi pengawas saat mengerjakan soal ujian. Nurul mengaku berasal Jombang, mengambil program studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Surabaya.
4.Tak Percaya Sistem Wireless
Panitia lokal Universitas Sriwijaya mengungkapkan, SBMPTN tahun ini hanya 120 orang peserta yang bisa ujian menggunakan basis komputer, selebihnya sebanyak 20.704 memakai kertas. Musababnya, adanya aturan yang mengharuskan penggunaan sistem Local Area Network (LAN) atau sistem jaringan kabel.
"Ujian berbasis komputer ini sudah mulai tahun lalu, tapi hanya bisa dilakukan di Laboratorium Komputer Fakultas Kedokteran yang menggunakan sistem LAN," kata Ketua Panitia Lokal SBMPTN Universitas Sriwijaya, Zulkifli Dahlan.
Peserta SBMPTN
Menurut Zulkifli, aturan itu dilatari kebutuhan akan kepastian kestabilan jaringan Internet, yang sejauh ini belum ada jaminan kelangsungan sistem wireless yang rentan terhadap gangguan. Padahal, sistem wireless sudah berkapasitas tinggi. "Tinggal kepercayaan pada teknologi, jika masih percaya sistem LAN, ujian berbasis komputer belum bisa dilaksanakan secara total.”
5.Antisipasi Joki
Sedangkan di Universitas Jambi, panitia mengantisipasi adanya joki di SBMPTN. Sampai laporan ini ditulis, belum ditemukan adanya joki ikut SBMPTN. "Kami mewanti-wanti jangan sampai ada joki SBMPTN. Kami kerahkan seluruh petugas untuk teliti melihat foto peserta. “Jangan sampai ada joki,” kata Rektor Universitas Jambi Johni Najwan melalui Kepala Humas Unja Akbar Kurnia Putra.
ELIK | DAVID PRIYASIDHARTA | DIDIT HARIADI | ANTARA