TEMPO.CO, Jakarta - Ini hari ke-34 terjadinya penyiraman air keras ke wajah penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan. Namun belum nampak titik terang pengungkapan kasusnya, baik identitas para pelaku maupun motifnya. “Pemerintah tutup mata?” kata Haris Azhar, mantan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) kepada Tempo, Senin, 15 Mei 2019.
Haris, pendiri lembaga advokasi hukum dan hak asasi manusia Lokataru, mengungkapkan kekecewaannya terhadap lambannya pengungkapan teror terhadap Novel tersebut.
“Saya tidak mengerti, dalam kasus Novel Baswedan ini, pemerintah sepertinya tutup mata,” ucapnya. “Pemerintah lempar ke polisi, sementara polisi cuma lihat dari faktor lokasi. Sebulan cuma berkutat soal pelaku lapangan.”
Baca juga:
Kasus Novel Baswedan Sulit Diungkap, Ini Menjadi Kendala Polisi
Kejar Penyerang Novel Baswedan, Polisi Dalami Kemungkinan Motif
Gagasan pembentukan tim independen atau pencari fakta yang pernah diungkapkan beberapa tokoh, seperti mantan Wakil Ketua KPK, Busyro Muqoddas, menurut Haris, perlu diwujudkan meskipun Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla pernah menyatakan tidak perlu ada tim tersebut.
“Sebaiknya (dibentuk tim independen) sih seperti itu,” ujarnya. “Temuan saya, kasus Novel Baswedan harus dibongkar juga dari dalam KPK sendiri. Bisa jadi dari dalam KPK ada banyak petunjuk dalam kasus Novel ini.”
S. DIAN ANDRYANTO