TEMPO.CO, Klaten – Partai Kebangkitan Bangsa mulai gencar melakukan konsolidasi internal untuk memenangan bakal calon Gubernur Jawa Tengah yang diusungnya, Marwan Jafar. Marwan adalah kader PKB yang pernah menjabat Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi di Kabinet Kerja pemerintahan Presiden Joko Widodo.
“Pak Marwan Jafar sudah mendapat perintah resmi dari pusat dan dorongan dari bawah untuk maju dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2018,” kata Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah PKB Jawa Tengah Sukirman saat ditemui Tempo di Pondok Pesantren Al Quran Al Barokah Kabupaten Klaten, Sabtu sore, 13 Mei 2017.
Baca: Muhaimin: PKB Usung Marwan Jafar di Pilgub Jawa Tengah 2018
Konsolidasi internal untuk pemenangan Marwan Jafar dikemas dalam kegiatan Halaqah Ulama Rakyat. Marwan Jafar turut hadir dalam halaqah yang diselenggarakan pondok pesantren di Dukuh Samben, Desa Gunting, Kecamatan Wonosari, Klaten itu.
Halaqah dihadiri sekitar 350 ulama dari wilayah Solo Raya yang meliputi Kabupaten Sukoharjo, Boyolali, Sragen, Wonogiri, Karanganyar, Klaten, dan Kota Surakarta. Selain untuk mengenalkan Marwan Jafar sebagai bakal calon Gubernur Jawa Tengah yang diusung PKB, halaqah juga menjadi ajang bagi para ulama untuk mendiskusikan beberapa prospek pembangunan di Jawa Tengah.
Simak: PDIP Siap Usung Calon di Luar Kader pada Pilgub Jawa Tengah
“Halaqah ini akan membahas seputar pengentasan masalah kemiskinan, pembangunan infrastruktur, pengembangan pendidikan madrasah dan pondok pesantren, hingga penangkalan paham radikalisme,” kata Sukirman yang juga sebagai Ketua Tim Pemenangan Marwan Jafar.
Sebelum di Klaten, PKB juga telah menyelenggarakan Halaqah Ulama Rakyat di sejumlah daerah, seperti di Kabupaten Blora, Pati, Magelang, Semarang, Tegal, dan Brebes. “Acaranya sama, konsolidasi struktural mulai dari tingkat ranting, akar rumput. Para kiai inilah penggerak massa,” kata Sukirman.
Lihat: Cerita Gubernur Ganjar Pranowo yang Pernah Berbicara di Forum HTI
Ditemui di sela acara halaqah, Marwan Jafar sempat membicarakan ihwal penurunan nilai tukar petani di Jawa Tengah. “Nilai tukar petani sekarang sekitar 97 persen. Ini belum impas dengan biaya yang dikeluarkan petani. Seharusnya nilai tukar petani minimal 100 persen,” kata Marwan.
Marwan menambahkan, pada masa kepemimpinan Bibit Waluyo (Gubernur Jawa Tengah periode 2008 – 2013) nilai tukar petani pernah mencapai 106 persen. “Sebagai lumbung pangan nasional, petani di Solo Raya khususnya Klaten harus diproteksi dengan kebijakan-kebijakan yang tegas berpihak pada mereka,” kata Marwan.
DINDA LEO LISTY