TEMPO.CO, Surabaya - Dahlan Iskan memamerkan mobil listrik Tesla terbarunya seharga Rp 4 miliar di halaman Gedung Graha Pena, Surabaya, Jumat, 12 Mei 2017. Menariknya, mobil listrik buatan Amerika Serikat itu disandingan dengan Selo, mobil listrik yang ia kembangkan ketika menjadi Menteri BUMN.
Bos Jawa Pos Group tersebut mengakui bahwa penyandingan dua mobil listrik itu ada kaitannya dengan status tersangka dirinya dalam perkara dugaan korupsi proyek pengadaan 16 mobil listrik. "Ada kaitannya karena saya kan diperkarakan di bidang itu," ujar Dahlan Iskan, Jumat, 12 Mei 2017.
Baca : Praperadilan Mobil Listrik Dahlan Ditolak, Ini Kata Jaksa Agung
Dahlan mengatakan tujuan pembelian Tesla sekadar untuk menunjukkan bahwa perkembangan mobil listrik dunia luar biasa. Di Amerika, kata dia, Tesla telah diproduksi 700 ribu buah atau 10 persen dari mobil berbahan bakar minyak yang dibuat Ford. "Walau begitu nilanya lebih besar Tesla," katanya.
Dahlan menambahkan bahwa tujuan lain pembelian Tesla ialah ia ingin mendorong agar di Indonesia ada yang mengembangkan mobil listrik. "Bahwa siapa yang mau berbisnis, boleh siapa saja. Kalau saya dianggap ingin bisnis, saya tegaskan tidak akan bisnis mobil listrik."
Simak juga : Status Tersangka Dahlan Iskan Tak Sah, Ini Penjelasan Yusril
Dengan demikian, lanjut dia, ide pembuatan mobil listrik yang ia gagas empat tahun lalu tersebut bukanlah omong kosong belaka. Karena itu dia meminta pemerintah Indonesia mengejar ketertinggalan tersebut. "Yang jelas, masa depan mobil listrik tidak dapat dibendung lagi," katanya.
Kejaksaan Agung telah menetapkan Dahlan sebagai tersangka proyek pengadaan 16 buah mobil listrik bersama Direktur PT Sarimas Ahmadi Pratama, Dasep Ahmadi. Dahlan menunjuk Dasep sebagai pembuat mobil yang nantinya dipamerkan dan dijadikan kendaraan resmi KTT APEC XXI pada 2013.
Lihat : Status Tersangka Dahlan Iskan Tak Sah, Ini Penjelasan Yusril
Dahlan menawarkan pendanaan proyek kepada PT BRI, PT PGN, dan PT Pertamina, yang kemudian mengucurkan dana Rp 32 miliar. Tapi berdasarkan hitungan BPK, proyek itu membuat negara rugi Rp 28,99 miliar karena mobil tak bisa dipakai. Dahlan menyangkal bahwa proyek itu bukan pengadaan tapi sponsorship.
NUR HADI