TEMPO.CO, Jakarta - Devi Sri Aji, 18 tahun, tak menyangka hari bahagia yang ditunggu yaitu pengumuman keluluasan sekolah berubah jadi kisah sedih karena adanya konvoi pelajar di Klaten. Pada Selasa, 2 Mei 2017, sekelompok pelajar dari sekolah lain konvoi melintas di depan sekolahnya. Devi yang saat itu tengah nongkrong dengan temannya menjadi korban aksi tersebut.
Siang itu, Devi, siswa kelas XII SMA Negeri Karangnongko, Kabupaten Klaten, duduk bersama tiga teman sekelasnya di depan sekolah. Saat itu pukul 14.15. "Sambil menunggu pengumuman kelulusan (diumumkan pukul 15.00), kami saling tukar tanda tangan pakai spidol buat kenang-kenangan," tutur Devi, saat ditemui di kantor Kepolisian Resor Klaten, Kamis sore, 4 Mei 2017.
Baca: Kronologi Serangan Brutal Konvoi Pelajar di SMA N 1 Klaten
Belum selesai tukar tanda tangan di baju seragam, segerombolan pelajar yang datang dari arah selatan melintas di depan sekolahnya. "Ada sekitar 50 sepeda motor, sebagian besar dikendarai berboncengan," kata Devi.
Gerombolan pelajar yang melakukan konvoi itu berteriak-teriak sambil mengacungkan celurit. Melihat itu, Devi dan teman-temannya spontan berlari. "Saat lari, tiba-tiba saya ditabrak motor dari belakang. Saya jatuh dan sempat terseret," Devi menuturkan kejadiannya.
Devi mengalami luka robek di bagian pelipis kanan akibat membentur aspal. Ia lantas bangkit lalu berlari masuk ke gang pemukiman warga sekitar untuk mencari perlindungan. "Kami tidak kenal mereka dari sekolah mana, selama ini kami juga tidak pernah punya musuh dari sekolah mana pun," kata dia.
Baca: Acara Lulusan SMAN 1 Klaten Ditunda karena Serangan Konvoi Brutal
Aksi brutal sekelompok pelajar itu, kata Devi, berlangsung lebih dari lima menit. "Mereka sempat mendapat perlawanan dari sejumlah warga sekitar yang berusaha menyelamatkan kami," ucapnya.
Heribertus Andi, siswa kelas XI SMA Negeri 1 Klaten, yang tengah nongkrong dengan 11 temannya sesama anggota Pasukan Pengibar Bendera, mengalami nasib serupa dengan Devi. "Saat (konvoi pelajar) melintas di depan sekolah kami, rombongan pelajar yang berkonvoi itu melambatkan sepeda motornya. Mungkin hanya sekitar 5 sampai 10 kilometer per jam. Kami kira itu cuma konvoi biasa," kata Andi, Kamis, 4 Mei 2017.
Ternyata konvoi pelajar itu tidak seperti yang dia duga. Tiba-tiba, kata Andi, seseorang yang berada di barisan terdepan konvoi turun dari motor sambil membawa sebilah parang yang diseret ke aspal. “Tanpa bicara, orang itu langsung membacok punggung Candra," ucapnya.
Temannya yang lain, Juan yang berusaha menolong Candra juga terkena parang di tangannya. Sementara, rekannya yang lain, Syaiful terkena sabetan gir di kepala.
Baca: Marak Hoax Tawuran Pelajar di Klaten, Mendikbud Cek ke Lapangan
Saat kejadian itu, beberapa teman Andi berusaha menyelamatkan diri dengan berlari masuk ke gang pemukiman penduduk. Naufal, teman Andi, dikejar hingga terjatuh. Dalam kondisi itu, Naufal diinjak-injak sampai pingsan. “Kevin yang berusaha minta pertolongan ke kantor Kodim (sekitar 100 meter dari SMA N 1 Klaten) juga dikejar dan dipukul pakai helm. Mereka mengambl ponsel Kevin yang terjatuh," tutur Andi.
Kevin, yang menjadi korban tersebut adalah putra dari mantan Komandan Komando Distrik Militer 0273/Klaten, Letnan Kolonel Inf. Thomas Heru Rinawan. Kini Thomas menjabat sebagai Kepala Pembinaan Mental Komando Daerah Militer XIII/Merdeka. “Saya mau ke Kodim karena ada anggota di sana kenal saya,” kata Kevin. Dia menambahkan, dari hasil penelusuran petugas dari Polres Klaten, ponselnya saat ini diketahui berada di wilayah DIY.
DINDA LEO LISTY