INFO PURWAKARTA - Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tingkat Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, tak diisi dengan kegiatan seremoni upacara bendera di tengah Pasanggrahan Pajajaran atau alun-alun Kiansantang. Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi malah memanfaatkan momentum tersebut untuk melakukan blusukan ke sekolah-sekolah dan rumah tinggal guru honorer, juga berdialog dengan para siswa sambil duduk bersila di teras rumah warga.
Di SD Malangnengah 3, Dedi mengajak para murid sekolah membersihkan halaman dan selokan yang ada di depan sekolah. “Ayo, setengah jam kita bersih-bersih lingkungan sekolah,” ujar Kang Dedi, sapaan akrab Dedi Mulyadi, sambil meraih cangkul.
Anak-anak pun sontak menjawabnya, “Siaaap!” Dengan riang gembira mereka lalu berhamburan memunguti sampah di halaman dan jalan di depan sekolah.
Pada saat yang sama, Dedi juga menegur Sofiyah untuk merapikan saluran air rumahnya agar tidak merembes ke halaman sekolahan. “Bu, tolong bikin saluran air yang bagus dan jangan membuangnya ke halaman sekolahan, ya,” ucap Dedi. Ia pun berjanji memberikan bantuan uang Rp 5 juta untuk membereskan saluran air itu. “Nuhun pisan (terima kasih) Kang Ded,” ujar Sofiyah.
Sekitar 500 meter dari SD Malangnengah 3, Dedi menyambangi rumah milik Agung Bagja Firmansayah, guru honorer SMPN Satu Atap (Satap) Cilangkap, Kecamatan Babakan Cikao, yang tampak sudah kusam dan bagian atap serta langit-langitnya sudah jebol.
Baca Juga:
Dalam dialog dengan Dedi, Agung mengaku sudah menjadi guru honorer sejak 2005 dengan honor Rp 240 ribu plus stimulus dari bupati Rp 500 ribu per bulan. Istrinya, Elis Nursari, juga guru honorer di SMPN Pasawahan dengan honor sama.
Dedi pun langsung memerintahkan anggota Satpol PP, aparat kelurahan, dibantu sejumlah tukang, untuk membedah rumah yang sudah lapuk itu. “Tolong, desain atapnya dibikin julang ngapak (model rumah tradisional Sunda),” ujar Dedi.
Bukan cuma rumah milik Agung yang terkena proyek bedah rumah, melainkan juga beberapa rumah guru lainnya. “Untuk lima rumah dan membayarkan utang salah satu guru, kami bersama jajaran dinas pendidikan rereongan (patungan) Rp 100 juta,” tutur Dedi. Rumah guru honorer akan menjadi sasaran program rutilahu (rumah tinggal layak huni) ke depan.
“Terima kasih Dedi,” ujar Apip, seorang guru PNS.
Kepada puluhan anak-anak SD dan SMP yang spontan hadir di rumah Agung, Dedi mengingatkan agar belajar sungguh-sungguh dengan metode aplikatif. “Ada berapa mata pelajaran yang sekarang dipelajari di sekolah?"
“Dua belas pelajaran Pak Bupati,” kata mereka. Menurut Dedi, 12 mata pelajaran buat anak SMP sangat memberatkan. “Padahal anak-anak itu cukup diberi lima pelajaran saja dengan metode aplikatif,” ucapnya. (*).