TEMPO.CO, Sragen - Suryanto, 47 tahun, salah satu cucu Mbah Gotho, mengatakan kakeknya memiliki usia hingga 146 tahun berkat menjalani hidup sederhana dan pola makan yang tidak mempunyai pantangan. Menu makan yang disenangi sayur berkuah, sambal, dan tempe goreng.
"Makanannya itu, minumannya teh manis yang paling disukai Mbah Gotho. Beliau seusia itu masih mau makan sate kambing dan tidak ada masalah," kata Suryanto.
Baca: Mbah Gotho, Manusia Tertua di Dunia, Sudah Pesan Nisan sejak 1992
Manusia yang diperkirakan sebagai yang tertua di dunia tersebut bernama asli Sodimejo. Lahir pada 31 Desember 1870, Mbah Gotho tercatat sebagai warga RT 18 RW 06 Dukuh Segeran, Cemeng, Kecamatan Sambung Macan, Sragen, Jawa Tengah. Mbah Gotho tutup usia di rumahnya pada Minggu, 30 Mei 2017, pada pukul 17.45 WIB.
Seratusan orang melayat, termasuk sanak saudara, tetangga, dan warga dari luar daerah. Wakil Bupati Sragen Dedy Edriyatno juga hadir untuk ikut berbelasungkawa. Mbah Gotho dimakamkan di Dukuh Tanggung, Desa Plumbon, Kecamatan Sambung Macan, atau sekitar 300 meter dari rumahnya.
Baca: Doa Umat Islam dan Kristen untuk Arwah Mbah Gotho
Sebelum wafat, Mbah Gotho tidak meninggalkan pesan apa-apa. Menurut Suryanto, saat sakit, Mbah Gotho pernah mengatakan, jika suatu saat dipanggil Tuhan, anak dan cucu diminta mengikhlaskan. "Hanya itu pesan terakhir Mbah Gotho," katanya.
Mbah Gotho sempat dibawa ke rumah sakit karena mengalami gangguan pada lambung pada 12 April 2017. Mbah Gotho dirawat di rumah sakit selama enam hari dan marah-marah minta pulang. Selama di rumah sakit, Mbah Gotho diberikan transfusi darah sebanyak tiga kantong.
"Beliau meninggal dunia karena kondisinya melemah, tidak mau makan karena perutnya merasakan kenyang dan tidak mau merepotkan orang lain," kata Suryanto setelah mengantar jenazah kakeknya ke pemakaman. “Mbah Gotho orangnya penyayang anak-anak dan cucu-cucu. Apa yang dimiliki, jika diminta oleh anak dan cucu, pasti diberikan.”
ANTARA