TEMPO.CO, Sragen - Di balik kisah payahnya selama menunggu ajal, Mbah Gotho alias Sodimejo ternyata masih menyimpan secercah harapan untuk sembuh dari penyakit yang memaksanya terbaring lemah di ranjang RSUD Dr Soehadi Prijonegoro, Kabupaten Sragen, selama enam hari, 12-17 April 2017.
“Saat itu si Mbah (sebutah Mbak Gotho) bilang, seandainya bisa sembuh, mau menengok cucunya yang tinggal di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur,” kata cucu Mbah Gotho dari istri keempatnya, Suryanto, 47 tahun, seusai upacara pemakaman Mbah Gotho di Dusun Segeran, Desa Cemeng, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah, pada Senin siang, 1 Mei 2017.
Baca juga: Mbah Gotho, Manusia Tertua di Dunia, Sudah Pesan Nisan sejak 1992
Mbah Gotho, yang diklaim sebagai manusia tertua di dunia, meninggal di rumahnya pada Ahad, 30 April 2017, pukul 17.45. Merujuk pada tanggal lahir yang tertera di kartu tanda penduduknya, 31 Desember 1870, Mbah Gotho meninggal di usia 146 tahun.
Cucu yang hendak ditengok Mbah Gotho di Ngawi adalah Suparmi, 50 tahun, kakak kandung Suryanto. Meski tinggal di Ngawi, Suparmi sering ke rumah Suryanto untuk turut merawat Mbah Gotho. “Sebelum si Mbah sakit pun Mbak Parmi sering ke sini,” kata Suryanto, yang bersama istrinya setia merawat Mbah Gotho di rumahnya.
Suryanto tidak tahu secara pasti alasan Mbah Gotho ingin ke Ngawi. Menurut dia, sejak lahir hingga meninggal, Mbah Gotho tidak pernah meninggalkan Kecamatan Sambungmacan. Apakah lantaran Mbah Gotho punya kenangan manis di Ngawi?
Simak pula: Mbah Gotho, Manusia Tertua di Dunia Asal Sragen, Meninggal
“Si Mbah tak pernah cerita soal kehidupan asmaranya. Lagi pula semua istri si mbah juga dari Sragen,” kata Suryanto.
Mbah Gotho dimakamkan di tempat pemakaman umum yang berjarak sekitar 400 meter dari rumahnya. Makam Mbah Gotho bersebelahan dengan makam Sukirah, yang meninggal pada 1992. Dua makam tersebut berada di bawah satu cungkup yang dibangun sejak 1995.
DINDA LEO LISTY