TEMPO.CO, Surabaya - Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengatakan Jawa Timur kehilangan figur seniman yang berdedikasi tinggi bersamaan dengan kepergian pelawak Bambang Gentolet akibat sakit pada Kamis malam, 27 April 2017. "Warga Jatim kehilangan karena Bambang Gentolet ini pelawak legendaris dan tak ada penggantinya," ujarnya di Surabaya, Jumat, 28 April 2017.
Baca: Sebelum Wafat, Bambang Gentolet Bercanda: ke RS Periksa Gigi...
Gus Ipul, sapaan akrabnya, mengaku hubungan baiknya dengan Bambang Gentolet lebih dari teman, karena kerap bertemu meski tidak dalam keadaan sedang bekerja. Menurut dia, selama hidupnya almarhum Bambang selalu ceria. Bambang tak pernah menunjukkan sikap mengeluh, terlebih saat berada di atas panggung yang dikenal dengan gaya khas candaannya.
"Siapa yang tidak mengenal sosok Bambang Gentolet. Di panggung maupun di luar panggung, tetap seperti itu. Rendah hati dan tak pernah mengeluh sedikit pun," tutur Gus Ipul.
Gus Ipul berujar, seharusnya pada Jumat, 28 April, dia berada sepanggung dengan Bambang Gentolet dalam sebuah acara musik di salah satu televisi nasional di Jawa Timur.
Baca: Cerita Saat-saat Terakhir Bambang Gentolet, Sang Sesepuh Srimulat
"Hal itu membuat saya dan semuanya sedih. Sekali lagi, kami turut duka cita dan semoga almarhum mendapat tempat yang layak di sisi Allah SWT," katanya.
Gus Ipul berharap, kepada para seniman, khususnya pelawak muda, agar mengambil sisi-sisi positif yang dapat diteladani dari seorang Bambang Gentolet selama berkarya, seperti sifat dan loyalitasnya menghibur masyarakat.
Jenazah Bambang Gentolet dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Babat Jerawat, Surabaya, pada Jumat, 28 April, seusai salat Jumat. Pelawak bernama asli Kasbianto kelahiran Yogyakarta, 30 Juni 1941 tersebut meninggalkan dua anak. Sedangkan istrinya Widiati, terlebih dahulu meninggal sekitar dua tahun lalu.
Baca: Jejak Karier Bambang Gentolet Sang Sesepuh Srimulat
Selain berkiprah di dunia seni lawak, Bambang Gentolet pernah bermain film layar lebar, seperti Untung Ada Saya bersama seniman lainnya, Gepeng, pada 1982. Selain itu, film Mencari Untung pada 1983 serta film Darah dan Mahkota pada tahun sama, serta aktif di berbagai organisasi seniman dan artis hingga organisasi antinarkoba di Kota Surabaya dan Jawa Timur.
ANTARA