TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Tito Karnavian menyatakan penyesalannya atas kejadian penembakan terhadap rombongan pengendara mobil oleh polisi di Lubuklinggau, Sumatera Selatan.
"Saya menyesalkan peristiwa itu. Informasi yang saya terima, kendaraan disetop polisi karena dicurigai. Namun (karena) diduga akan menabrak anggota polisi sehingga anggota polisi itu beranggapan ini adalah pelaku kejahatan," katanya di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta Selatan, Rabu, 19 April 2017.
Honda City berisi satu keluarga ditembaki polisi di Jalan H.M. Soeharto, Kelurahan Simpang Periuk, Kecamatan Lubuklinggau Selatan II, Selasa, 18 April 2017. Mobil tersebut dikemudikan Diki, 30 tahun. Penumpangnya, yakni Surini, 50 tahun, Dewi Erlina (35), Indra (33), Novianti, dan Genta (2). Mereka adalah satu keluarga dari Desa Blitar, Kecamatan Sindang Kelingi, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. Akibat penembakan itu, Surini tewas. "Korban sudah dimakamkan," ujar Kapolres Rejang Lebong Ajun Komisaris Besar Napitupulu Yogi Yusup.
Baca: Polisi Penembak Mobil Keluarga di Lubuklinggau Diperiksa Propam
Menurut Tito, penembakan itu dilakukan saat polisi sedang mengejar mobil. Sebelumnya, polisi mengeluarkan tembakan peringatan, tapi mobil itu tak juga berhenti. "Sehingga akhirnya ditembak dan mengakibatkan ada yang meninggal," ujarnya. "Saya sangat menyesalkan. Inilah sebetulnya pentingnya kemampuan diskresi kepolisian."
Tito mengatakan, setiap anggota kepolisian harus memiliki kemampuan mengambil keputusan diskresi yang tepat saat di lapangan dan melakukan tindakan yang benar untuk menjaga keselamatan publik.
Karena itu, Tito meminta Bidang Profesi dan Pengamanan Kepolisian Sumatera Selatan memeriksa polisi pelaku penembakan. Markas Besar Polri juga akan melakukan pendampingan pemeriksaan tersebut. "Kalau seandainya keputusan yang bersangkutan (penembak) tidak tepat dan melakukan tindakan berlebihan, kami akan lakukan tindakan hukum, baik secara internal maupun proses pidana," ucapnya.
REZKI ALVIONITASARI | PHESI ESTER JULIKAWATI