TEMPO.CO, Nganjuk – Hingga satu pekan sejak terjadinya bencana tanah longsor di tebing Dusun Dolopo, Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, pada 9 April 2017, tim SAR belum menemukan satu pun dari lima korban yang tertimbun. Beratnya medan pencarian dengan metode penggalian manual menjadi kendala teknis tim evakuasi.
“Peralatan berat baru bisa bergerak hari ini,” kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Nganjuk Agus Irianto, Senin, 17 April 2017.
Baca: 5 Warga Lereng Gunung Wilis di Nganjuk Tertimbun Tanah Longsor
Lokasi longsor yang terletak di dasar tebing curam menyulitkan masuknya ekskavator. Petugas terpaksa membuka jalan dengan menebang pohon agar dapat dilintasi empat unit peralatan berat.
Selama ini tim evakuasi yang dipimpin Komandan Kodim 0810 Nganjuk Letnan Kolonel Arhanud (Arh) Sri Rusyono melakukan penggalian dengan menyemprotkan air ke gundukan material longsoran. Sedangkan 475 personel SAR membantu menggali memakai sekop dan peralatan manual. Peralatan yang dipergunakan hanya tiga unit pompa air dan empat gergaji mesin.
Tim pencari akan dibagi menjadi tujuh kelompok. Lima kelompok mendampingi alat berat mengeruk tanah, satu kelompok membuka aliran air di ujung material, dan satu kelompok sisanya melakukan pengamatan keamanan.
Simak: Evakuasi Korban Longsor Nganjuk, Tim SAR Diminta Wasapada
Sulitnya pencarian sudah dipahami oleh keluarga korban. Dalam rapat koordinasi Ahad malam, 16 April 2017, mereka sepakat memperpanjang proses pencarian selama dua hari atau sampai 19 April 2017. “Semoga dengan bantuan alat berat bisa mempercepat penemuan korban,” kata Agus.
Selain pencarian korban, Pemerintah Kabupaten Nganjuk berkonsentrasi pada pemenuhan kebutuhan air bersih bagi 450 keluarga. Sebab, longsoran tersebut turut merusak saluran air bersih yang mengairi kawasan itu.
Sebanyak enam unit tangki air bersih dikerahkan memenuhi kebutuhan itu. Truk-truk tangki itu dikirim oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nganjuk, Trenggalek, Situbondo, Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, dan satu unit milik PDAM Kabupaten Nganjuk.
Lihat: Longsor Nganjuk, Perhutani: Akibat Salah Kelola Hutan
Administrator Kawasan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani Kediri Maman Rosmantika mengimbau masyarakat agar bijak dalam mengelola lahan di kawasan miring untuk mencegah potensi longsor. “Harus diatur kawasan mana yang boleh untuk pertanian dan tidak,” katanya.
Dia mencontohkan, kurangnya variasi tanaman antara jenis pohon berakar kuat dan lemah menjadi salah satu penyebab longsornya tanah. Perilaku warga yang mengeksploitasi lahan dengan tanaman pertanian, seperti jagung, harus diimbangi dengan penanaman pohon berakar dalam, seperti kopi dan trembesi.
HARI TRI WASONO