TEMPO.CO, Semarang- Seorang terduga teroris Tuban asal Semarang, Satria Aditama, dikenal sebagai anak pendiam oleh warga sekitar rumahnya. Satria merupakan anak kelima dari pasangan almarhum Wagito dan Cicik Murdiati, warga Jalan Taman Karonsih II, Nomor 1130, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang.
“Memang agak pendiam. Setahu yang saya kenal, dia baik, pintar anaknya,” kata Candra Satya Nugroho, Ketua RT 05 RW 04, Taman Karonsih, Ngaliyan, tempat tinggal Satria Aditama, Ahad, 9 April 2017.
Baca: Polisi Tembak Mati 6 Terduga Teroris Jaringan JAD di Tuban
Rumah Satria yang berpagar hijau itu mendadak tertutup seusai kejadian penyerangan polisi di Tuban, Sabtu, 8 April 2017. “Rumahnya sepi, keluarga masih terkejut atas kejadian yang menimpa Satria,” ucap Candra.
Sebagai warga satu kompleks, Candra sebenarnya ingin menemui keluarga Satria untuk memberikan dukungan moral atas musibah yang menimpa. Namun keinginan itu belum terlaksana karena rumah keluarga selalu tertutup.
Menurut Candra, pemuda kelahiran 28 Oktober 1998 itu tinggal bersama ibu dan kakaknya. Candra menuturkan informasi bahwa salah satu warganya terlibat tindak terorisme itu tak hanya mengejutkan keluarga, tapi juga warga sekitar.
Simak: Polda Jawa Timur Tunggu Data Pembanding 6 Jenazah Terduga Teroris
Aparat memastikan Satria merupakan warga Taman Karonsih setelah menemukan paspor di dalam mobil Daihatsu Terios yang ditinggal para pelaku seusai baku tembak dengan polisi pada Sabtu, 8 April.
Selain Sataria, terdapat warga Jawa Tengah lain yang menjadi pelaku penyerangan aparat kepolisian. Mereka di antaranya Adi Handoko, warga Dukuh Limbangan, Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang, serta Endar Prasetyo dan Yudhistira Rostriprayogi, keduanya warga Desa Cepokumulyo, Kecamatan Gemuh, Kabupaten Kendal.
EDI FAISOL