TEMPO.CO, Mataram - LSM Pendamping K , 24 tahun, TKI korban kekerasan di Riyadh, Arab Saudi mempertanyakan adanya kejanggalan pada hasil rontgen torax yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) NTB. Pada rontgen pertama yang dilakukan terhadap pasien pada Jumat, 31 Maret 2917 terdapat dua buah benda asing berwarna putih, berbentuk angka delapan yang menyerupai pegangan gunting. Sementara pada hasil rontgen kedua yang dilakukan pada Rabu, 5 April 2017, benda itu tidak terlihat lagi.
Hingga saat ini baik keluarga maupun pendamping belum mendapat penjelasan menganai kejanggalan pada hasil rotgen tersebut. "Ini membingungkan, benda asing yang ada pada rontgen pertama, yang menyerupai pegangan gunting itu, tidak terlihat pada hassil rontgen kedua,” kata Halwati, salah seorang aktifis buruh migrant pendamping K.
Baca juga:
11 Tahun Tanpa Kabar di Riyadh, TKW Ini Pulang Mengenaskan
Menurut Halwati, saat dilakukan rontgen kedua, pihak keluarga maupun pendamping tidak mendapat pemberitahuan dari tim medis yang merawat K. "kami tahunya keesokan harinya, ada hasil rontgen di samping tempat tidur pasien, setelah dilihat hasilnya berbeda dengan rontgen pertama,” katanya. Atas kejanggalan itu, pihak keluarga dan pedamping meminta adanya penjelasan dari tim dokter yang menangani K, agar tidak ada kesimpangsiuran yang membigungkan mereka.
Atas dugaan kejanggalan hasil rontgen tersebut, Humas RSUD NTB, Solikin tidak berani berspekulasi. Menurutnya hal itu adalah ranah dokter yang menangani pasien. Hanya saja Solikin mengatakan bahwa pihak RSUD NTB telah bekerja melakukan penanganan pasien sesuai dengan prosedur tanpa memandang latarbelakangnya, “Terlepas dengan ada atau tidaknya kasus yang dialami pasien, kami tetap melayani mereka sesuai standar operasional yang berlaku,” Kata Solikin.
Menurut SOP yang berlaku, kata Solikin, setiap pasien yang masuk akan mendapatkan penanganan yang sama, jika dibutuhkan rongen maka itu akan dilakukan dan biasanya keluarga pasien akan mendapatkan penjelasan mengenai hasil rongen tersebut. Untuk menjawab kecurigaan akan berbedanya hasil rongen pertama dan kedua yang dilakukan di RSUP NTB, Solikin mengatakan pihaknya sudah memfasilitasi pendamping dan keluarga untuk bertemu dengan dokter yang menangani pasien. Pertemuan itu rencananya akan dilakukan hari ini, Sabtu, 8 April 2017.
Seperti diberitakan sebelumnya, K adalah seorang TKW asal Desa Puyung, Lombok Tengah yang pulang ke kampong halamannya, Rabu (29/3) lalu dalam keadaan mengenaskan. K pulang setelah 11 tahun bekerja di Riyadh tanpa kabar berita. Dia diduga menjadi korban kekerasan dan pelecehan seksual yang dilakukan majikannya di Riyadh.
ABDUL LATIEF