TEMPO.CO, Ponorogo - Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengimbau seluruh unsur SAR dan masyarakat dalam kawasan terdampak bencana Desa Banaran, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur mengantisipasi potensi longsor susulan seiring hujan deras mengguyur kawasan ini.
"Dari evaluasi kami bersama PVMBG dan Tim Geologi Universitas Gadjah Mada yang harus tetap diwaspadai adalah potensi longsor susulan," kata Deputi Penanggulangan Kedaruratan Bencana BNPB Tri Budiarto saat dikonfirmasi di lokasi bencana, Selasa 4 April 2017.
Baca: Cegah Longsor Mirip Ponorogo,Punggung Gunung Wilis Dibangun Parit
Berdasarkan hasil kajian bersama, kata dia, risiko longsor susulan masih tinggi. Hal itu mengacu ditemukan fakta retakan tanah memanjang dari sekitar pusat titik longsor lereng Gunung (Bukit) Gede ke arah samping kanan dan kiri hingga radius 150 meter.
Kerawanan longsor semakin tinggi karena hujan beberapa kali mengguyur dengan intensitas curah sedang dan tinggi. Akibatnya, proses pencarian korban hilang dua kali dihentikan pada hari pertama Minggu, 2 April 2017 dan kedua pada Senin 3 April 2017. "Bukan tidak mungkin risiko longsor susulan itu terjadi. Tapi kalau tidak ya tidak apa-apa," kata Tri.
Tri melanjutkan, saat ini langkah mitigasi lanjutan yang dilakukan BNPB bersama seluruh unsur SAR, baik BPBD, TNI, Polri maupun lainnya adalah aktif sosialisasi kewaspadaan kepada warga.
Baca: UGM Simpulkan 4 Faktor Dahsyatnya Longsor di Ponorogo
"Kewaspadaan harus terus diingatkan. Tidak hanya bagi warga setempat, tapi juga berlaku di seluruh tempat baik di Jatim, Jawa Tengah maupun Jawa Barat mengingat intensitas curah hujan yang tinggi," Tri menuturkan.
Terkait proses pencarian korban sejauh ini baru menemukan tiga korban hilang, Budiarto menegaskan akan terus dilakukan hingga H+7. Menurutnya, diperpanjang atau tidak upaya pencarian akan diputuskan setelah dilakukan evaluasi oleh Basarnas bersama seluruh potensi SAR.
Jika pun nantinya proses pencarian diputuskan harus dihentikan setelah dilakukan evaluasi bersama tim terpadu itu, Budiarto memastikan bakal diumumkan kepada publik. "Ya, kalau keputusannya dihentikan itu artinya korban akan dikubur bersama di lokasi bencana. Nanti tanah akan kami ratakan," kata Budiarto.
Baca: Longsor Ponorogo,Cerita Pilu Ibu Muda Kehilangan 8 Anggota Famili
Demikian pula apabila hasil evaluasi memutuskan bahwa pencarian akan dilanjutkan, Tri Budiarto memastikan bahwa keputusan itu juga disampaikan kepada publik secara langsung maupun melalui media massa.
Adapun proses pencarian 25 korban yang tertimbun tanah longsor di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur terus berlangsung, pada hari keempat pascabencana. Jumlah alat berat maupun anjing pelacak yang diterjunkan di lokasi evakuasi bertambah.
"Sekarang alat beratnya ada sembilan, sedangkan sehari sebelumnya delapan unit," kata Kepala Kepolisian Resor Ponorogo Ajun Komisaris Besar Suryo Sudarmadi, Selasa, 4 April 2017.
Baca: Longsor Ponorogo, Soekarwo Jelaskan Penyebab Tanah Runtuh
Sedangkan anjing pelacak K-9 yang diterjunkan bertambah dari tiga menjadi delapan ekor. Anjing itu tiba di lokasi bencana pada Senin malam, 3 April 2017. Suryo menyatakan, proses pencarian korban terbantu dengan adanya anjing pelacak tersebut.
“Setelah (tanah) digali dengan kedalaman tertentu, maka bau yang menguap akan diendus anjing. Keberadaan korban bisa teridentifikasi," ia menjelaskan.
Tebal material longsor yang menimbun 25 warga, 28 rumah warga, dan lahan pertanian di Dusun Tangkil itu berkisar antara 4-20 meter. Panjang timbunan mencapai 2 kilometer dan lebar 7 meter dengan volume 80 ribu meter persegi. Hal itulah, kata Suryo, yan menjadi salah satu kendala pencarian korban.
Kendala lainnya adalah intensitas hujan yang tinggi di sekitar lokasi bencana. Kondisi itu menyulitkan pengerukan tanah dengan ekskavator. Tim SAR gabungan juga melakukan pencarian korban menggunakan cangkul dan sekop di zona A,B, dan C.
“Tanah juga disemprot air dengan arah untuk memudahkan pencarian secara manual," ujar Suryo.
Baca: Longsor Ponorogo, Begini Warga Trauma dan Ingin Relokasi
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ponorogo, Sumani, mengatakan proses pencarian yang dilakukan telah membuahkan hasil. Tiga dari 28 korban yang tertimbun ditemukan pada Ahad 2 April 2017 dan Senin 3 Apil 2017 kemarin. Jenazahnya dimakamkan beberapa saat setelah dievakuasi. “Petunjuk pertama penemuan para korban itu dari daya endus anjing," kata dia.
NOFIKA DIAN NUGROHO | ANTARA