TEMPO.CO, Malang - Sekitar seratus mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Malang Peduli Kendeng berunjuk rasa di depan Balai Kota Malang, Kamis, 23 Maret 2017. Mereka menuntut Presiden Joko Widodo dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menghentikan operasional pabrik semen di Kendeng, Rembang, Jawa Tengah.
Aliansi itu terdiri atas 30 organisasi kemahasiswaan dan aktivis lingkungan. Mereka menilai pembangunan pabrik semen akan mengancam kehidupan petani Kendeng karena menggantungkan hidup dengan bertani. "Jika pabrik semen dibangun, sumber air habis, petani kehilangan mata pencaharian," kata koordinator aksi, Mohamad Iqbal.
Baca: Patmi, Petani Kendeng Peserta Aksi Dipasung Semen Meninggal
Dalam aksinya, sebagian dari mereka mengenakan pakaian serbahitam sebagai bentuk dan simbol berkabung setelah salah petani Kendeng yang beraksi di Istana, Patmi, meninggal. Sedangkan sebagian lain membawa payung hitam dan menggelar aksi teatrikal.
Dalam aksi teatrikalnya, peserta aksi mengenakan topeng bergambang Ganjar Pranowo. Mereka menggambarkan dua tangan dan kakinya dicor atau terbelenggu kepentingan investor. Mereka juga membawa foto berbingkai berisi foto Patmi dan Salim Kancil, petani Lumajang yang terbunuh setelah menolak tambang pasir besi di daerahnya.
Mereka juga membawa aneka poster dan spanduk yang bertuliskan "Kendeng lestari melawan semen", "Tanah habis di negeri agraris", "Kami nesu karena negara bisu", "Rakyat menderita di atas tanah subur", dan "Tolak pabrik semen".
Simak: Polemik Semen Rembang, Direktur PT Semen Indonesia Bicara Ini
"Tambang hanya merusak lingkungan, merampas tanah rakyat, hanya menguntungkan investor," ujarnya. Mereka juga menggalang donasi untuk petani Kendeng. Sejumlah peserta aksi mengedarkan kardus untuk menampung donasi peserta aksi.
Dana yang terkumpul akan disalurkan untuk petani Kendeng. Masyarakat Malang antusias menyalurkan bantuan. Donasi juga bisa disalurkan melalui rekening relawan Aliansi Peduli Petani Kendeng.
EKO WIDIANTO