TEMPO.CO, Pontianak - Badan Narkotika Nasional atau BNN menembak mati bandar sekaligus pengedar narkotika di Jalan Adi Sucipto, Kubu Raya, Kalimantan Barat. Lim Lie Po alias Apoy, bandar obat terlarang itu, kedapatan membawa 11 kilogram sabu-sabu. Kejadiannya berlangsung Senin malam, 20 Maret 2017.
“Tersangka berusia 50 tahun. Tercatat sebagai residivis dalam kasus narkotika," kata Deputi Pemberantasan Narkotika BNN, Inspektur Jenderal Arman Depari di Pontianak, Selasa, 21 Maret 2017. Menurut Arman, Apoy dilumpuhkan saat melawan petugas yang hendak menangkapnya. Apoy sempat dilarikan ke rumah sakit, namun meninggal di tengah jalan.
Berdasartkan penyelidikan BNN, Apoy mendapatkan narkoba dari Gusdiman alias Godeng dan Wahyudi alias Tedung, yang merupakan kurir narkoba. “Sabu-sabu berbentuk kristal ini dibawa dua kurir dari Malaysia, yang diselundupkan di dalam dinding mobil.”
Gusdiman dan Wahyudi tercatat sebagai warga Sekayam, Kabupaten Sanggau.
Keduanya dikuntit petugas sejak keluar dari Entikong, Kalimantan Barat. Mobil warna putih yang ditumpangi tersangka membawa 11 bungkusan narkoba, yang kemudian diterima Apoy.
Arman mengatakan, Sarawak, Malaysia, merupakan negara bagian pemasok narkotika terbesar ke Indonesia. Narkotika masuk melalui Pos Batas Lintas Negara Entikong, Kabupaten Sanggau dari Distrik Tebedu, Malaysia. Kurir kerap mengambil narkotika di salah satu wilayah di Sarawak.
“Kerja sama dengan Polisi Diraja Malaysia sudah dilakukan dengan tukar menukar informasi dan penangkapan pelaku. Tapi faktanya pasokan narkoba dari Sarawak terus terjadi," kata Arman.
Arman mengaku, tantangan mengantisipasi penyelundupan narkotika dari negara tetangga cukup berat. Sebab, sepanjang perbatasan terdapat ratusan pintu tidak resmi yang menghubungkan antara daerah Kalimantan Barat dengan Malaysia. Pintu-pintu tersebut tidak memiliki penjagaan.
Perbatasan darat Kalimantan Barat dengan Sarawak Malaysia sepanjang 750 kilometer. Di sepanjang perbatasan ini terdapat lima pintu masuk, tiga di antaranya sudah berstatus Pos Lintas Batas Negara , sedang dua lainnya masih berupa pos jaga. Ratusan pintu tidak resmi yang menghubungkan kedua daerah ini tak lain karena adanya kekerabatan di antara warga setempat dengan warga Malaysia.
"Untuk mengatasi ini, TNI dan Polri melakukan patroli rutin serta meningkatkan pendekatan-pendekatan melalui Bhabinkamtibmas di daerah-daerah tersebut, kepada warga sekitar,” kata Wakil Kepala Polda Kalimantan Barat, Brigadir Jenderal Amrin Remico.
ASEANTY PAHLEVI