TEMPO.CO, Brebes -Delapan pemuda asal Brebes yang mengais rezeki di Malaysia ditangkap imigrasi pada pertengahan Januari 2017 lalu. Kepada keluarganya, mereka mengaku tak mendapatkan gaji seperti yang dijanjikan oleh orang yang mengirimkannya.
“Anak saya ngabari lewat telpon, katanya belum pernah digaji,” kata Tokadi, warga Desa Cenang, Songgom, Brebes, Jawa Tengah. Anak Tokadi, Ahmad Ghozali, merupakan satu dari delapan pemuda desa itu yang hendak menjadi TKI.
Menurut Tokadi, anaknya tak pernah mendapat perlakuan layak. Sejak bekerja di Malaysia pada 30 November 2016 lalu, anaknya tak pernah digaji. Padahal, ia berangkat bermodal janji upah sekitar 900 Ringgit per bulan. Janji lainnya, ia ditempatkan di perusahaan bagus dengan fasilitas memadai. “Tapi kenyataanya, kata anak saya, makannya tidak teratur,” kata dia. “Sudah tidak betah pokoknya.”
Investigasi: Jaringan 'Mafia' Penjual Manusia
Tokadi mengungkapkan, Ghozali bersama tujuh temannya, semula bekerja di pabrik mesin. Selama di sana, mereka tinggal di sebuah rumah yang berfungsi sebagai asrama. “Nah saat bekerja, katanya harus dikawal ketat oleh beberapa orang. Nah, itu kan mencurigakan,” ujar dia.
Puncaknya, mereka ditangkap oleh petugas imigrasi Johor pertengahan Januari lalu. Sejak itu, keluarga yakin, anak mereka menjadi korban perdagangan manusia. “Sejak berangkat saja sudah tidak wajar,” kata dia. “Dari Jakarta ke Batam memang naik pesawat. Tapi dari Batam ke Malaysia lewat laut pakai perahu, kan aneh.”
Infografik: Berdagang Orang ke Malaysia
Tarmudi, orang yang merekrut Ahmad Ghozali dan kawan-kawan membenarkan jika calon TKI yang dibawanya menggunakan jalur laut. Dia mengakui jika visa yang digunakan bukan visa kerja, tapi visa kunjungan. “Tapi itu untuk sementara, sambil nunggu visa kerja di sana,” ujar dia.
Selama di Malaysia, delapan orang itu bekerja di pabrik pembuatan keset. Gajinya memang berkisar 900 Ringgit per bulan. Tapi, ada potongan 2.500 Ringgit selama 10 bulan. Tak ada penjelasan mengenai gaji yang dipotong tersebut. “Memang dari sananya ada potongan,” ujar Turmudi.
Setiap kali mengirimkan orang ke Malaysia, Turmudi mengaku mendapat fee dari agen pengirim. Soal berapa besaran uang yang didapat, “Ya paling buat uang bensin.” Adapun untuk pengiriman tenaga kerja wanita, Turmudi mendapat fee Rp 2 juta per orangnya.
MUHAMMAD IRSYAM FAIZ
Video Terkait:
Investigasi Majalah Tempo: Perdagangan Manusia ke Malaysia
Korban Perdagangan Manusia, 8 TKI Brebes Diselundupkan Lewat Laut