TEMPO.CO, Yogyakarta - Ratusan orang dari berbagai daerah di Indonesia mengikuti lomba Jemparingan Mataram yang digelar di Lapangan Kridosono, Yogyakarta, Ahad 5 Maret 2017.
Lomba panahan tradisional dengan mewajibkan peserta mengenakan pakaian adat Jawa ini merupakan rangkaian kegiatan Pengetan Hadeging Kadipaten Pakulaman atau hari jadi Puro Pakualaman Yogyakarta ke-211.
Dalam acara jemparingan yang diikuti oleh sekitar 350 orang tersebut, anak-anak usia 10 tahun sampai warga Spanyol yang masih bermukim di Yogya turut berpartisipasi. "Saya memang sedang belajar budaya tradisional Jawa, jadi ikut ini,” ujar Miguel, 46 tahun, asal Spanyol, kepada Tempo.
Baca: PKS Benarkan Ada 2 Mantan Kadernya Terseret Kasus E-KTP
Miguel mengaku beruntung bisa terlibat dalam kegiatan memperingati berdirinya Puro Pakualaman karena kebetulan istrinya tengah menempuh pendidikan seni tari di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. “Jadi sama-sama belajar,” ujar Miguel.
Selain Miguel, peserta lomba Jemparingan yang juga menarik perhatian ialah Farukh Nugroho, 10 tahun. Siswa kelas 4 SD Margosari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo tersebut mengikuti lomba panahan karena ingin mencari pengalaman.
“Saya suka dan mulai belajar Jemparingan sejak usia 8 tahun sama bapak, terus sering ikut lomba,” ujar siswa yang pernah menyabet juara di lomba Jemparingan tingkat Kabupaten Kulon Progo tersebut.
Lihat: Warga Adat Papua Minta Dilibatkan Bahas Kontrak Freeport
Panitia Lomba Jemparingan, Rimawan, menuturkan, semula lomba Jemparingan ini ditargetkan menjaring 300 peserta asal Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, dan Kalimantan. “Ternyata yang mendaftar sebelum hari H sudah 350 lebih, jadi kami tiadakan pendaftaran di tempat,” ujar Rimawan.
Dalam lomba panahan tradisional ini peserta diharuskan memanah target sejauh 30-33 meter. Uniknya, dalam perlombaan yang bersifat gratis dan menyediakan 20 titik sasaran ini, peserta yang mampu mengenai sasaran berupa bendera merah dan putih bisa langsung minta hadiah kepada panitia. Dua panitia berjaga di sisi timur dan barat dengan membawa amplop besar berisi uang pecahan Rp 10 ribu.
Simak: Satpol PP Bogor Belum Periksa Tiga Gereja di Parung Panjang
Jika dalam satu sesi peserta berhasil mengenai bendera warna merah, maka skornya adalah 3. Satu bendera merah dihargai Rp 30 ribu. Sedangkan untuk bendera putih, jika peserta dalam satu sesi anak panahnya berhasil mengenai minimal dua bendera putih, maka dihargai Rp 20 ribu. “Kami sediakan 2000 bendera merah dan putih untuk dibidik,” ujar Rimawan.
Perlomban Jemparingan ini , ujar Rimawan, semata-mata digelar untuk melestarikan tradisi Jemparingan. Menurutnya cukup sulit mencari generasi muda yang mau menyukai Jemparingan ini meski paguyuban jemparingan di Puro Pakualaman dan belasan komunitas jemparingan lain di Yogya masih eksis. “Di Yogya ada 12 paguyuban jemparingan, namun untuk regenerasi masih cukup sulit,” ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO