TEMPO.CO, Jakarta - Direksi Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat (RSUD NTB) membantah pernah menyatakan bahwa ginjal kanan Sri Rabitah, 25 tahun, buruh migran asal Lombok Utara tidak ada. Sejumlah dokter yang memeriksa Sri Rabitah tidak pernah mengeluarkan pernyataan itu.
''Seluruh dokter yang memeriksa menyatakan ginjalnya masih ada dua-duanya," kata Direktur RSUD NTB Lalu Hamzi Fikri kepada wartawan di Media Center Kantor Gubernur NTB, Rabu, 1 Maret 2017. Hamzi menyampaikan penjelasannya didampingi Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD NTB Agus Rushdi, Suharjendo, dan dokter spesialis radiologi Dewi Anjarwati.
Baca:
RSUD NTB Bantah TKW Sri Rabitah Kehilangan Ginjal ...
Ginjal Sri Rabitah Diambil Majikan, Kemlu Tunggu Rekam ...
Ginjal Sri Rabitah Masih Lengkap Berdasarkan Deteksi Awal
Suharjendo, dokter spesialis urologi Suharjendo yang memeriksa Sri heran dengan pernyataan pasien yang mengaku ginjalnya sudah hilang satu. "Kok bisa dia bilang tidak ada ginjalnya?" Hasil pemeriksaan CT-Scan menunjukan ginjal sebelah kanan Sri masih bagus dan tidak rusak.
Agus mengatakan Sri datang pertama kali ke Poli Urologi pada 11 Februari 2017 dengan keluhan nyeri di pinggang. Ia datang membawa rujukan dari sebuah rumah sakit di Kabupaten Lombok Utara. ''Dari pemeriksaan, ia punya riwayat medis operasi batu ginjal di Qatar," ujar Agus.
Baca juga:
400 Personel Kodam V Brawijaya Dikirim ke Perbatasan Papua
Orang Terkaya Indonesia Minta Amnesti Pajak
Raja Salman Tak Jadi Disertai 25 Pangeran Arab
Sri datang kembali pada 20 Februari 2017 dan 28 Februari 2017 untuk pemeriksaan melalui CT-Scan dan sejumlah pemeriksaan lanjutan dengan rawat inap. Pemeriksaan itu mendapati selang atau pipa kecil di dalam tubuh Sri, peninggalan operasi saat di Qatar sejak 2014. Kini, RSUD NTB menunggu kesediaan Sri untuk menjalani prosesi operasi pengangkatan selang.
Menurut Agus, selang yang belum dilepas itu menyebabkan sumbatan dari ginjal ke saluran kemih. Seharusnya, seusai operasi penanaman selang, harus dicabut maksimal tiga bulan setelahnya. Penanaman selang itu diduga juga tidak melalui operasi terbuka, melainkan menggunakan alat yang dimasukan melalui alat kelamin pasien. Hal ini terbukti tidak adanya bekas luka hasil dari operasi terbuka. "Selang ini sudah lama sekali. Akibat ada benda asing terlalu lama menjadi kerak dan keras."
Dewi juga membantah bahwa ginjal Sri ditukar dengan ginjal milik ibu majikannya di Qatar yang sedang sakit. "Mustahil. Tidak ada," kata Dewi.
Ia memastikan ginjal di dalam tubuh Sri ialah ginjalnya yang asli. Jika benar ginjalnya ditukar, pasti ada bekas luka hasil operasi terbuka meski menggunakan teknologi paling canggih sekali pun.
Suharjendo menerangkan, operasi penukaran ginjal dalam kasus ini merupakan hal yang sukar dipercaya. Terlebih dengan biaya yang terbilang mahal. "Saya jamin tidak mungkin. Alat secanggih apa pun pasti ada bekasnya," ujarnya.
SUPRIYANTHO KHAFID