TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Indonesia meminta penjelasan sekaligus bukti operasi pengambilan ginjal Sri Rabitah ke rumah sakit di Doha, Qatar. Sri, 25 tahun, mantan tenaga kerja wanita asal Kabupaten Lombok Utara, mengaku kehilangan salah satu ginjalnya saat bekerja di Qatar. Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, mengatakan hal ini dilakukan saat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) mengunjungi rumah sakit tempat Sri dioperasi itu.
Pihak rumah sakit, tutur Arrmanatha, mengakui bahwa Sri Rabitah pernah dibawa ke rumah sakit itu dan selanjutnya dilakukan tindakan. Namun pihak rumah sakit di Doha, Qatar mengklaim bahwa tindakan mereka sudah sesuai dengan izin dari pasien.
Karena itu, KBRI meminta rumah sakit memberikan bukti dan rekaman medis Sri Rabitah untuk membuktikan kebenaran pengakuan pihak rumah sakit bahwa operasi telah seizin pasien. "Yang kami minta adalah bukti-bukti itu," kata Arrmanatha, di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Selasa 28 Februari 2017. (Baca: Ginjal Sri Rabitah Masih Lengkap Berdasarkan Deteksi Awal)
Penjelasan pihak rumah sakit itu berbeda dengan kesaksian Sri yang mengatakan bahwa pada Juli 2014 ia dipaksa dan dibawa ke rumah sakit oleh keluarga Madam Gada, tempatnya bekerja. Tanpa pemberitahuan dan permintaan izin ke Sri, tim medis rumah sakit lantas membius dan mengoperasinya. Ketika sadar, pada tubuh Sri telah ada bekas jahitan dan ia kencing darah melalui slang. Tidak lama setelah pulang dari rumah sakit itu, Sri dipulangkan ke Indonesia.
"Selama ini sepulang dari Qatar, pinggang kanan saya sakit," ujarnya. Sri baru menyadari bahwa salah satu ginjalnya hilang setelah menjalani pemeriksaan organ dalam tubuhnya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Lombok Utara dan RSU Provinsi Nusa Tenggara Barat, pekan lalu.
Wakil Direktur Pelayanan RSUD NTB, Agus Rusdhy, membantah pihaknya pernah memberikan keterangan bahwa satu ginjal Sri hilang. Keterangan itu disampaikan Agus setelah Sri menjalani pemeriksaan ulang, Selasa 28 Februari 2017. "Tidak ada rekan sejawat saya yang menyatakan ginjalnya tidak ada. Saya sudah melakukan klarifikasi," katanya. (Baca: RSUD NTB Bantah TKW Sri Rabitah Kehilangan Ginjal Kanan)
Kepala Balai Pelayanan, Penempatan, dan Perlindungan TKI NTB, Mucharom Ashadi, mengatakan Sri akan menjalani operasi untuk mengeluarkan slang yang masih terdapat di dalam perutnya besok. "Hendaknya tidak ada beban biayanya," ujarnya.
Koordinator Wilayah Pusat Bantuan Hukum Buruh Migran NTB, Muhammad Saleh, mengaku kecewa karena pihak RSUD NTB tidak mempertemukan dirinya dengan dokter radiologi yang mengeluarkan keterangan hasil rontgen sebelumnya. Berdasarkan hasil pemeriksaan pada 21 Februari 2017 lalu, dinyatakan bahwa salah satu ginjal Sri hilang. "Kok tau-tau dianulir," katanya.
Sekretaris Utama Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Hermono, juga membantah bahwa Sri telah menjadi korban kejahatan perdagangan organ tubuh. Ia menawarkan supaya Sri melakukan pengecekan ulang di Jakarta bila merasa masih ragu akan kondisi ginjalnya. "BNP2TKI akan membayar tes itu," kata Hermono. (Baca berita lain: Kemenlu: Raja Arab Salman Tak Berencana Bertemu Rizieq Syihab)
Direktur Eksekutif Migrant Care, Wahyu Susilo, mengatakan pemerintah Indonesia harus mendorong aparat Doha, Qatar, menginvestigasi kasus Sri secara terbuka. "Karena kasus serupa sebelumnya tidak pernah dituntaskan dengan baik," kata dia, Selasa 28 Februari 2017.
AMIRULLAH SUHADA | SUPRIYANTHO KHAFID | MITRA TARINGAN | DEWI SUCI