TEMPO.CO, Surabaya - Pengelolaan sampah suatu kota atau kabupaten membutuhkan kerja sama antarpemangku kepentingan, tak terkecuali masyarakat. Hal itu ditegaskan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla saat memberikan sambutan dalam puncak peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2017 di Surabaya, Selasa, 28 Februari 2017.
“Semua orang harus bertanggung jawab mengelola sampah. Jangan menggantungkan diri terhadap Bu Risma (Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini) atau pasukan kuning atau pembersih kota," kata Kalla di Taman Suroboyo, Pantai Kenjeran.
Pria yang karib disapa JK itu lalu menyinggung perilaku membuang sampah warga di Jakarta yang membuat saluran air tersumbat. Sebab beberapa waktu lalu beredar sebuah video yang menunjukkan seorang petugas Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum masuk ke got yang airnya berwarna hitam untuk membersihkan sumbatan sampah.
Baca: Hari Peduli Sampah, Jusuf Kalla Ingatkan Tragedi Leuwigajah
Petugas bernama Dadan tersebut membersihkan saluran air tanpa mengenakan alat pengaman apa pun, selain celana dan kaus. "Jangan seperti di Jakarta saat musim hujan, kasihan tukang bersih disuruh menyelam di selokan. Kalau musim kemarau mungkin beda," ujarnya.
Kalla juga menyoroti perilaku pemilik toko yang membeton selokan di depan tokonya. Dia mengingatkan, sampah bisa menjadi musibah seperti sumber penyakit dan banjir jika tak dikelola dengan baik. Apalagi sampah banyak berasal dari masyarakat, maka masyarakatlah yang pertama bertanggung jawab mengolah sampah.
Simak: Jatim Bakal Bangun Pusat Pengelolaan Sampah dan Limbah B3
Untuk itu, Kalla mengapresiasi kota-kota yang telah menjalankan upaya pengelolaan sampah secara baik, seperti Surabaya, Makassar, Balikpapan, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, dan Depok. "Saya senang ibu-ibu di Surabaya punya peranan besar mengolah sampah. Mungkin karena menganggap sampah rumah tangga bagian dari pekerjaan rumah tangga," ucapnya yang lalu disambut gelak tawa.
Namun, pria 74 tahun itu menekankan perlunya upaya yang berkelanjutan dengan melibatkan semua pihak untuk bisa mewujudkan cita-cita Indonesia bersih sampah pada 2020. “Program Indonesia Bebas Sampah 2020 itu akan menjadi pekerjaan yang berat bila tidak dikerjakan secara bersama-sama. Semua harus bergerak bersama. Dan, upaya ini harus berjalan secara berkelanjutan,” ucapnya.
ARTIKA RACHMI FARMITA