TEMPO.CO, Palembang - Sekitar 30-an ekor gajah Sumatera siap menyambut pengunjung yang datang ke wilayah perairan Banyu Asin, Sumatera Selatan. Persis di subpusat latihan gajah Padang Sugihan, Kecamaatan Muara Padang, pengunjung dapat berkeliling area seluas puluhan kilometer itu dengan menunggangi gajah.
Kawanan hewan ini didatangkan dari berbagai kawasan hutan di Sumatera, seperti Riau Lampung, dan Sumatera Selatan.
Pengunjung tidak perlu mengeluarkan rupiah hingga ratusan ribu untuk menikmati persahabatan dengan penghuni hutan belantara. Sebab, petugas yang terdiri atas pawang dan pegawai di PLG tersebut tidak memasang tarif khusus setiap menjalankan aktivitas guna menghibur para tamu.
Jumiran, Kasub PLG Padang Sugihan, menjelaskan, pengelola tidak mengenakan tarif untuk layanan foto bareng dengan hewan berbelalai itu ataupun sekadar berkeliling area yang tidak terlalu jauh. Sebab, biaya perawatan ke-30 ekor gajah dewasa dan anakan itu sepenuhnya ditanggung Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan dan pihak terkait. "Sementara (jumlah) gajah liar masih ada sekitar 23 ekor," kata Jumadi, Sabtu, 25 Februari 2017.
Meskipun demikian, kata Jumiran, tidak jarang pengunjung memberikan sejumlah uang kepada pawang yang sedang bertugas saat itu. Jumlahnya tidak banyak, tergantung kerelaan pengunjung. Biasanya, pengunjung memberi tip bervariasi mulai Rp 10 ribu hingga Rp 50 ribu.
Tidak sulit menjangkau kawasan, yang pada 2015 lalu sebagiannya dilalap api akibat kebakaran lahan dan hutan hebat itu. Pengunjung bisa menggunakan speed boat dari Dermaga Benteng Kuto Besak (BKB), Palembang. Dengan kecepatan sedang, pengunjung akan tiba sekitar 2 jam kemudian di dermaga PLG Padang Sugihan. Ongkos angkutan sungai tersebut hanya Rp 70 ribu per orang.
Nesty, salah seorang pengunjung PLG, mengatakan ongkos tersebut tidak mahal karena akan terbayar dengan keramahan gajah yang siap menyambut dan mengantar pengunjung berkeliling kawasan tersebut.
Selain itu, kata Nesty yang mengaku sering bepergian ke tempat tersebut dengan teman-temannya, pengunjung dapat menikmati kuliner khas perairan, seperti pempek udang, sate kerang, serta kerupuk dan opak ubi yang banyak tersaji di warung terapung. "Pempek udangnya itu juga bikin ketagihan," kata Nesty.
PARLIZA HENDRAWAN