TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat akan membangun makam Tan Malaka di tanah kelahirannya. Dengan demikian akan ada dua makam Tan Malaka di Indonesia sebagai simbol kelahiran dan kematian pahlawan kemerdekaan itu.
Prosesi pengambilan gelar dan tanah pekuburan di pusara Tan Malaka Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, kemarin Selasa 21 Februari 2017, menjadi dasar pembangunan wisata sejarah di Kabupaten Limapuluh Kota. Selain menjadikan rumah peninggalan Ibrahim sebagai museum, pemerintah setempat akan membuat makam Tan Malaka di area itu. “Tanah yang kami bawa dari Kediri akan kami kubur di dekat pusara orang tua Tan Malaka, dan menjadi makam baru di sana,” kata Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan, Rabu 22 Februari 2017.
Baca:
Begini Pengambilan 8 Genggam Tanah Jasad Tan Malaka
Ratusan Warga Minang ke Makam Tan Malaka Gelar Upacara
Dia memastikan keberadaan makam baru itu tak akan menghilangkan keberadaan makam Tan Malaka di Desa Selopanggung. Sebab fakta sejarah telah mencatat lokasi kematian Tan Malaka berada di Kediri. Pembuatan makam baru di Suliki, menurut Ferizal hanya untuk melengkapi proses penjemputan jasad Tan Malaka tanpa melakukan pembongkaran makam di Kediri. Sebongkah tanah dianggap sudah cukup mewakili jasad yang terkubur di dalamnya.
Keberadaan makam itu tak terlalu jauh dari rumah gadang peninggalan orang tua Tan Malaka. Makam itu juga terpisah dari makam sesepuh adat lainnya yang agak jauh dari lokasi rumah Tan. Pemerintah akan memperbaiki rumah Ibrahim Tan Malaka yang rusak di sana sini akibat termakan usia. Tak banyak benda bersejarah yang masih tersisa di rumah itu selain deretan buku, lemari, kursi, dan ranjang kayu tempat yang telah usang. “Kita akan bangun kembali rumah itu tanpa mengubah keasliannya,” kata Ferizal.
Baca juga:
Kejadian Aneh di Makam Tan Malaka (1), Mbah Suhut dan Rumput
Kejadian Aneh di Makam Tan Malaka (2), Peti Besi Tanah Makam
Berbeda dengan kondisi rumah yang kurang terawat, surau tempat Ibrahim kecil belajar mengaji dan sholat justru berubah pesat menjadi masjid besar. Bahkan saat Tempo berkunjung ke masjid itu Januari 2017, masjid itu direnovasi lagi. Pengelola masjid tampaknya hendak memperbaiki dan menambah kamar kecil dan kamar mandi di bagian belakang untuk memenuhi kebutuhan jamaah.
Ketua DPRD Kabupaten Limapuluh Kota Safruddin Datuk Bandaro Rajo berharap pemindahan tanah kuburan ini akan menyelesaikan polemik yang sempat terjadi dengan Pemerintah Kabupaten Kediri dan masyarakat Desa Selopanggung. Dengan dibukanya komunikasi adat ini, kisah Tan Malaka akan menjadi penghubung antara masyarakat Limapuluh Kota dan Kediri. “Kami sama-sama memiliki Tan Malaka dan membesarkan ajaran serta pemikirannya untuk bangsa,” kata Safruddin.
Pemerintah Kabupaten Kediri belum memberikan komentar atas rencana pembangunan makam baru Tan Malaka di Sumatera Barat ini. Mereka menyerahkan sepenuhnya persoalan makam Tan kepada Kementerian Sosial sebagai pemegang otoritas.
HARI TRI WASONO